Naiknya Nizham dan Arselan masing-masing sebagai wazir dan raja Seljuk merupakan kabar gembira bagi ulama-ulama Sunni, terutama yang beraliran teologi Asy'ariyah dan bermazhab fikih Syafii.
Sebab, sebelumnya Pemerintah Seljuk justru memusuhi para pengikut Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Syafii--bukan hanya kaum Syiah dan Mu'tazillah.Tughril dan wazirnya, al-Kunduri, memandang semua aliran itu hanya menimbulkan perselisihan di tengah umat.
Sesudah Madrasah Nizhamiyah berdiri di Nishapur, Baghdad, dan lain-lain, Nizham al-Mulk meminta para ulama Asy'ariyah dan Mazhab Syafii untuk kembali pulang. Mereka diminta kesediaannya untuk memimpin atau menjadi pengajar di kampus- kampus yang didirikannya itu.
Di antara tokoh-tokoh besar yang menyanggupi permintaan tersebut ialah Imam al-Haramain al- Juwaini. Sang imam, sekembalinya dari Tanah Suci, lantas menjadi rektor Madrasah Nizhamiyah Nishapur. Kelak, ahli usul fikih itu memiliki banyak murid, termasuk Imam al-Ghazali--yang akhirnya juga menjadi rektor Madrasah Nishapur di Baghdad.