REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam selalu dikaitkan dengan nama Muhammad sebagai pendirinya. Namun, Nabi Muhammad SAW hanyalah salah satu nabi dalam rantai panjang nabi yang datang dengan pesan yang sama dari Allah SWT. Dimulai dengan Nabi Adam sampai Nabi Isa sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW.
Pesan ini diberi nama yang berbeda, tetapi intinya tetap sama, yaitu mengakui ketauhidan Allah, tauhid. Karena itu, Nabi Muhammad tidak lebih dari pembawa pesan Islam kepada umatnya.
Muslim disebut demikian karena mereka mengikuti Islam sebagai agama, bukan Muhammad sebagai pembawa pesan. Jika Muslim mengikuti Muhammad, mereka akan disebut Muhammadan dan tentu tidak demikian.
Tuhan mengutus para Nabi untuk mengembalikan manusia kepada kebenaran monoteisme yang ditinggalkan manusia dan mulai menyembah berhala-berhala ciptaan mereka sendiri. Ketika itulah, Allah mengirim seorang nabi baru untuk memperbaikinya. Yang terakhir dari agama-agama yang benar ini adalah agama Islam.
Lantas mengapa harus mengikuti perkataan satu orang yang dalam hal ini Nabi Muhammad? Nabi Muhammad sangat siap untuk menerima pesan Allah SWT. Penjagaan terhadap Nabi Muhammad ini sangat unik dan sejak usia muda ia menolak menyembah berhala karena menyimpang dari tauhid.
Aspek pertama menerima pesan ilahi yang dimulai dengan melihat penglihatan yang kemudian menjadi kenyataan sebagaimana ditegaskan oleh Aisyah, istri Nabi. Pada tahap selanjutnya, Muhammad biasa tinggal selama beberapa hari di gua Hira' di mana dia menghabiskan hari-hari ini dalam perenungan dan penyembahan. Dia yakin bahwa ada kekuatan kebenaran di luar alam semesta ini.