REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengingat Allah (dzikir) adalah wujud dari ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt. Dengan dzikir itulah, seseorang memposisikan dirinya untuk selalu dekat di sisi Allah.
Begitu pula dengan doa, yang merupakan salah satu bentuk dzikir kepada Allah. Dengan berdoa itulah, seorang hamba dapat memohon rahmat dan karunia Allah, dan juga dapat berkeluh kesah mengadu kepada-Nya dengan tawadhu, ikhlas dan penuh pengharapan.
Allah melalui firman-Nya dalam Alquran surat Al Mu'min ayat 60 menegaskan bahwa orang yang enggan berdoa kepada Allah berarti orang yang sombong dan Allah tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri. Karena itu, hendaknya seorang hamba berdoa kepada Allah.
M. Khalilurrahman Al Mahfani dalam bukunya berjudul Keutamaan Doa dan Dzikir untuk Hidup Bahagia Sejahtera menuliskan agar doa itu diijabah, doa hendaknya dilakukan dengan mengikuti adab dan tata cara berdoa, harus ikhlas, yakin, dan berbaik sangka kepada Allah, serta berdoa dengan doa yang ma'tsurat atau ada tuntunan dan contoh dari Rasulullah Saw. Selanjutnya, seorang hamba itu bertawakkal kepada Allah atas doa yang dipanjatkannya.
Salah satu waktu utama dalam berdoa agar dikabulkan Allah adalah setelah selesai sholat fardhu. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, "Doa macam apakah yang paling didengarkan?" Beliau menjawab: "Bagian malam yang akhir dan setelah sholat fardhu." (HR. Tirmidzi)