REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian anak mungkin terlahir dari hasil perzinaan orang tuanya. Dan bagaimana Islam memandang hal terkait mengasihi anak tersebut?
"Ada satu hal yang terkadang luput dari perhatian banyak orang, yaitu kasih sayang Islam terhadap anak hasil perzinaan," kata Pengasuh Pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember Ustadz Abdullah Zaen dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id.
Ustadz menjelaskan, alkisah di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada seorang wanita dari suku Ghamidiyah yang berzina hingga hamil. Ia datang melaporkan perbuatan buruknya itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan memohon untuk disucikan.
Beliau bersabda, “Pulanglah hingga engkau melahirkan”. Setelah melahirkan, ia datang lagi sambil menggendong bayinya seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, bayi ini telah kulahirkan”. Akan tetapi beliau bersabda, “Pulanglah. Susui ia hingga kamu menyapihnya”.
Beberapa tahun kemudian wanita itu datang dengan membawa bayinya yang sedang memegang sepotong roti di tangan. Ia berkata, “Wahai Nabi Allah, bayi ini telah kusapih dan kini ia sudah bisa makan sendiri”. Nabi pun memerintahkan agar bayi itu dirawat oleh orang lain, lalu wanita tersebut dirajam. (HR. Muslim).