Sejak muda Al-Battani memiliki ketertarikan terhadap benda-benda langit yang membuatnya kemudian menekuni astronomi. Pada saat mencapai usia kematangannya, Al-Battani tidak hanya menguasai astronomi, namun juga mahir dalam bidang matematika, geografi, dan arsitektur.
Kemampuan Al-Battani terlihat dari kepiawaiannya dalam mengontruksi sejumlah perangkat alat astronomi. Berbagai literatur sejarah dan bibliografi tidak banyak menyebutkan mengenai guru-guru Al-Battani.
Secara informal agaknya Al-Battani mendapat pendidikan dan pengajaran dari ayahnya yang juga seorang ilmuwan bernama Jabir bin Sanan Al-Battani. Menurut para peneliti, Al-Battani sangat terpengaruh oleh karya dan pemikiran pendahulunya, khususnya Ptolemeus dalam Almagest.
Namun, pengaruh itu tidak lantas menjadikan Al-Battani taklid dengan apa yang dirumuskan Ptolemeus. Al-Battani terlebih dahulu meneliti secara cermat, kemudian mengkritisinya, dan selanjutnya melakukan koreksi.
Al-Battani hidup di zaman keemasan ilmu pengetahuan, yaitu era Abbasiyah. Pada tahun 786 M, di zaman Harun al-Rasyid, telah dibangun sejumlah istana di Raqqa yang mana kota ini menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan perdagangan.
Di zaman ini telah berdiri observatorium di Baghdad yang dibangun atas prakarsa Al-Ma’mun yang dipimpin oleh Sind bin Ali. Menurut Al-Shālihī, di zaman Al-Battānī ada banyak ilmuwan yang piawai dalam bidang sains khususnya dalam teknik pembuatan alat astronomi bernama astrolabe.