REPUBLIKA.CO.ID, — Tujuan membaca Alquran adalah untuk mendapatkan petunjuk Allah ﷻ, lebih dekat dan mendapatkan ridha-Nya. Agar mencapai tujuan tersebut maka setiap orang yang membaca harus memiliki niat yang benar.
Dilansir di aboutislam.net, Alquran memang dapat membimbing namun seseorang akan tersesat jika memiliki niat yang salah. Sebagaimana firman Allah surat Al Baqarah ayat 26 disebutkan:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, "Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?" Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.”
Alquran adalah kalam Allahﷻ , oleh karena itu, membutuhkan niat dan kemurnian tujuan seperti halnya melaksanakan sholat. Jadi, ketika membaca Alquran harus menghindari niat berikut:
Pertama, jangan membacanya hanya untuk pengajaran dan kesenangan intelektual.
Meskipun harus menggunakan kecerdasan sepenuhnya untuk memahami Alquran. Namun sebaiknya tidak membaca Alquran untuk memenuhi kesenangan intelektual semata.
Begitu banyak orang menghabiskan seumur hidup untuk mempelajari bahasa, gaya bahasa, sejarah, geografi, hukum dan etika Alquran, namun hidup mereka tetap tidak tersentuh oleh pesannya. Alquran sering mengacu pada orang-orang yang memiliki pengetahuan tetapi tidak memperoleh manfaat darinya.
Kedua, tidak boleh berniat untuk menjadikan Alquran pendukung pendapat sendiri.
Menggunakan Alquran semata-mata hanya untuk mencari dukungan bagi pandangan, gagasan, dan doktrin sendiri tidak lah boleh dilakukan.
Baca juga: Sempat Kembali Ateis, Mualaf Adam Takjub Pembuktian Alquran
Karena jika melakukannya, mungkin akan mendengar gema dari suara sendiri di dalamnya, dan bukan suara Allah. Pendekatan untuk memahami dan menafsirkan Alquran inilah yang dikecam Nabi Muhammad ﷺ:
مَن قالَ في القُرءانِ برَأيِه فَلْيَتَبَوّأ مَقعَدَه مِن النّار
“Barangsiapa yang menafsirkan Alquran dengan pendapat pribadinya, maka tempatnya di neraka ” (At Tirmidzi).