REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Sebuah gedung bertingkat tiga itu selintas tak nampak seperti sebuah masjid. Hanya ada atap landai tanpa kubah yang biasa terpasang sebagai penanda tempat ibadah umat Islam. Namun, jika melangkah lebih dalam, siapa sangka bangunan ini menyimpan sejarah mendalam.
Terletak di jalan Percetakan Negara nomor 126, kota Jayapura, nama tempat ini hanya Masjid Jami'. Tidak ada tambahan nama masjid populis seperti 'Al-Hidayah', 'Al-Muhajirin', atau 'Al-Ikhlas'. Jika dilihat dari jauh, masjid itu sebenarnya lebih mirip sebagai sebuah sekolah alih-alih tempat ibadah.
Berdasarkan catatan riwayatnya, masjid dibangun pada 1943 oleh sekelompok buruh pelabuhan Holandia--nama sebelum Jayapura--sebagai lokasi ibadah berjamaah. Dengan usia yang sudah menginjak 78 tahun, Masjid Jami' Kota Jayapura dipercaya sebagai masjid tertua di Jayapura.
Buruh yang membangun masjid itu berasal dari Ternate, Tidore, Halmahera, Waigeo, Buton, dan Salawati sepakat mendirikan bangunan seluas 12x12 meter di atas lahan seluas 1.440 meter persegi.
"Awalnya, masjid ini belum dipakai untuk sholat Jumat karena jamaahnya masih sedikit. Biasanya para pedagang dan buruh yang singgah saja di kota Jayapura, baru sekitar tahun 1990-an dipakai sholat Jumat," kata Sekretaris Pengurus Masjid Jami' Kota Jayapura Ahmad Kholiq kepada Republika.co.id.