REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit yang sifatnya tidak terlihat secara fisik sejatinya juga haruslah diobati. Sebab penyakit demikian kerap kali disebut penyakit hati, yakni penyakit yang membahayakan dan menggerogoti jiwa hingga rusak.
KH Ali Mustafa Yaqub dalam buku Kalau Istiqamah Nggak Bakal Takut Nggak Bakal Sedih menjelaskan, salah seorang ulama besar dari Madzhab Hanafi menyebut bahwa penyebab penyakit hati itu disebabkan dua hal. Pertama adalah syahwat dan yang kedua adalah syubhat.
Syahwat adalah keinginan atau yang disebut dengan hawa nafsu. Sedangkan syubhat adalah kekeliruan dalam memahami agama. Menurut Imam Abil Izz Al-Hanafi, KH Ali mengutip, penyakit hati yang ditimbulkan oleh syubhat itu lebih berbahaya daripada penyakit hati yang ditimbulkan oleh syahwat.
Penyakit hati yang timbul disebabkan oleh syahwat wujudnya akan terlihat dalam bentuk maksiat dan berakibat dosa bagi yang bersangkutan. Sedangkan penyakit hati yang timbul disebabkan oleh syubhat, wujudnya dapat berupa ibadah tetapi nanti akibatnya akan menjurus kepada syirik.
Namun demikian, penyakit hati yang disebabkan oleh syahwat akan segera sembuh apabila syahwatnya telah terpenuhi. Walaupun boleh jadi, kata KH Ali, akan kambuh kembali. Namun penyakit hati yang ditimbulkan oleh syubhat akan sulit sekali dihilangkan apabila yang bersangkutan tidak bersedia mengobatinya.
Apabila yang bersangkutan tidak bersedia mengobati penyakitnya, maka Allah akan menurunkan penyakit lain. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 10: “Fii qulubihim maradhun fazaadahumullahu maradhan,”. Yang artinya, “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya,”.