REPUBLIKA.CO.ID, — Penaklukkan Makkah terjadi pada 10-20 Ramadhan tahun kedelapan Hijriah. Melalui misi tersebut, Nabi Muhammad SAW menguasai kepemimpinan atas kota tempat Masjidil Haram berada.
Sangat jauh dari kesan para penguasa yang bermental jahiliah. Rasulullah SAW justru memaafkan orang-orang yang dahulu pernah menindasnya.Tidak ada dendam sama sekali.
Nabi SAW memasuki Makkah al-Mukarramah dengan menaiki unta beliau yang bernama al-Qashwa. Di depan Ka'bah, wajah beliau tertunduk.Dari lisannya, keluar ungkapan syukur ke hadirat Allah SWT.
Nabi SAW lantas mengusap Hajar Aswad seraya bertakbir. Diiringi para pengikutnya, Rasulullah SAW kemudian bertawaf tujuh kali putaran. Setelah itu, beliau turun dari untanya dan mendekati Maqam Ibrahim. Di sana, sang khatamul anbiya mendirikan sholat dua rakaat.
Sesudahnya, Nabi SAW memerintahkan supaya gambar dan lukisan pada dinding Ka'bah dihilangkan. Demikian pula dengan berhala-berhala di sekeliling bangunan suci tersebut.
Benda-benda mati itu sebelumnya dipuja-puja kaum musyrikin. Dengan tongkat di tangannya, Rasulullah SAW menunjuk pada sesembahan kafirin itu seraya membacakan surat Al Isra ayat 81.
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا Artinya, “Dan katakanlah, 'Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.' Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.”
Setelah menyuruh Bilal untuk mengumandangkan adzan dari atas Ka'bah, Nabi SAW berpesan kepada khalayak, “Wahai sekalian orang-orang Quraisy! Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian keangkuhan jahiliyah dan berbangga dengan nenek moyang. Semua manusia berasal dari Adam, dan Adam itu diciptakan dari tanah.”
Dikisahkan, ketika Rasulullah SAW dan pasukannya memasuki Makkah, ada seorang warga Quraisy yang menatap beliau dengan raut wajah ketakutan. Begitu melihatnya, Nabi SAW pun berkata kepadanya, “Janganlah engkau takut, sesungguhnya aku adalah anak seorang perempuan Quraisy yang makan dendeng di Makkah.”
Ya, sewaktu dalam posisi kemenangan, beliau merangkul orang-orang yang dahulunya berbuat jahat kepada diri dan umatnya. Dalam kesempatan itu, beliau SAW berkata kepada penduduk Makkah, “Apa yang akan aku katakan dan lakukan menurut perkiraan kalian?”
Mereka menjawab, “Engkau adalah saudara kami yang pemurah dan putra paman kami yang penyayang.”
Beliau SAW kemudian bersabda, “Aku akan melakukan apa yang dilakukan saudaraku, Nabi Yusuf.” Doa Nabi Yusuf diabadikan dalam Alquran surat Yusuf ayat ke-92.
قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Artinya, Dia (Yusuf) berkata, `Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.
Mendengar pernyataan Nabi SAW itu, legalah hati orang-orang Makkah.Mereka kembali ke rumah masing- masing dengan suka cita. Yang terjadi kemudian, seluruhnya memeluk Islam.