Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir
REPUBLIKA.CO.ID, — Suatu ketika Abu Hazim membacakan sebuah hadits di majElis Harun Ar Rasyid. Hadir dalam majelis itu Imam Az Zuhri, guru dari para pakar hadits ternama
Mendengar hadits yang dibacakan Abu Hazim itu, Imam Az Zuhri berkomentar, “Saya tidak kenal hadits ini.”
Abu Hazim berkata, “Apakah engkau hafal seluruh hadits?”.
Az-Zuhri menjawab, “Tidak.”
“Atau mungkin setengahnya?” tanya Abu Hazim kembali.
“Saya berharap demikian,” jawab az-Zuhri.
Lalu Abu Hazim berkata, “Kalau begitu jadikan hadits tadi masuk dalam setengah yang tidak engkau ketahui.”
Sementara itu, Imam Al ‘Iraqi ketika men-takhrij kitab Ihya’ Ulumiddin, untuk hadits-hadits yang tidak diketahuinya, dia hanya berkomentar :
لم أجد له أصلا “Saya belum menemukan sumbernya.”
Padahal referensi kitab hadits yang dia gunakan dalam men-takhrij sangat banyak, yang boleh jadi sebagiannya tidak sampai ke tangan kita hari ini.
Begitulah tawadhu para ulama, dan inilah yang pertama kali harus kita pelajari dari mereka.
اللهم أعذنا من الكبر والعجب وزينا بالحلم والتواضع ، آمين