Dalam kitab Riyadhus Shalihin disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah senantiasa memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadanya dalam sehari sebanyak tujuh puluh kali. Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:” Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali. (H.R Bukhari)
Sedangkan dalam riwayat Muslim menyebutkan bahwa Rasulullah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah lebih dari seratus kali. Dari Al-Aqhar Ibnu Yasar Al-Muzani ra, dia berkata: ”Saya mendengar Rasullah bersabda: “Hai manusia taubatlah kepada Allah dan memohon ampunlah kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat (kepada Allah ) dalam satu hari sebanyak seratus kali (H.R.Muslim).
Dalam kitab Minhajul Abidin Imam Al-Ghazali menuliskan diwajibkan manusia untuk selalu bertaubat disebabkan karena dua hal. Pertama, supaya bisa menghasilkan taufik (untuk) ibadah. Sebab, dosa itu bisa menghalangi untuk mengerjakan ibadah dan mengakibatkan hilangnya tauhid. Belenggu dosa dapat merintangi dari kegesitan berkhitmat kepada Allah dari kemudahan mengerjakan kebaikan dan dari giat dalam ibadah.
Terus-terusan mengerjakan dosa membuat hati hitam, kelam, dan keras. Tidak lagi ada kebersihan dan kebeningannya. Juga, tidak akan merasa lega dan manis dalam mengerjakan ibadah. Jika Allah tidak memberikan rahmat, hati seperti ini akan maka menarik pemiliknya ke dalam kekufuran dan kecelakaan.
Kedua, supaya ibadah dapat diterima Allah. Sebab, kedudukan taubat merupakan pokok dan dasar diterimanya ibadah. Kedudukan ibadah seolah-olah merupakan tambahan. Seperti seorang pemberi utang yang tidak akan mau menerima tambahan jika pokoknya tidak dipenuhi.