REPUBLIKA.CO.ID, — Selain sebagai pengemban risalah kenabian, Nabi Ibrahim adalah seorang peternak yang sukses. Beberapa wilayah tanah Arab pernah diinjaknya untuk menggembalakan hewan ternaknya seperti kambing dan biri-biri yang begitu banyak.
"Nabi Ibrahim menghidupi keluarganya dengan berternak kambing dan biri-bir," tulis Dr M Shaleh Putuhena dalam bukunya Historiografi Haji Indonesia.
Perjalanan pengembalaan Nabi Ibrahim dicapai puluhan bahkan ratusan kilometer yang dimulai dari Haran Mesopotamia. Tentu sebuah kegiatan penggembalaan terjauh sepanjang sejarah umat manusia telah dilakukan Ibrahim. "Ia mengembala sampai ke Palestina. Ia juga pernah menyeberang ke Mesir," katanya.
Namun karena diusir ia pun akhirnya kembali ke Kanan. Selama berdiam di Kan'an, Ibrahim pernah mengalami suatu peperangan antarpenguasa di daerah itu.
"Oleh karena dalam peperangan itu salah seorang anak saudaranya ditawan maka Ibrahim dan pengikutnya akhirnya terlibat dalam peperangan itu dan keluar sebagai pemenang," katanya.
Nabi Ibrahim yang telah dijanjikan Allah SWT sebagai sumber dari suatu bangsa yang besar, ternyata belum jauh juga dikaruniai putra meskipun usia perkawinannya dengan Sarah sudah cukup lama. Mungkin karena itu, atas permintaan Sarah yang sudah uzur, Ibrahim akhirnya menikah lagi dengan hajat.
Dari perkawinan itu lahirlah seorang putra yang bernama Ismail. Kemudian hari, Ismail ternyata menjadi leluhur dari Bani Ismail, suatu suku yang mendiami jazirah Arab bagian utara. Setelah Ismail dilahirkan, baru Sarah yang sudah terlalu tua untuk memperoleh putra, dengan kuasa Allah melahirkan seorang putra yang diberi nama Ishak. "Putra kedua Ibrahim inilah yang kemudian menjadi leluhur bagi Bani Israil," katanya.
Ketika salah satu di antara kedua putranya itu sedang tumbuh dan menggembirakan kedua orangtuanya, Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Dalam Alquran tidak terdapat informasi tentang siapa dari kedua putranya yang diperintahkan untuk disembelih.
"Menurut tradisi umum umat Islam, yang akan dijadikan qurban adalah Ismail sedangkan menurut tradisi Kristen, yang akan dijadikan qurban adalah Ishak," katanya.
Akan tetapi, putra Ibrahim itu tidak jadi dikurbankan karena diganti dengan seekor binatang qurban yang besar. Dari situ, Ismail menjadikan peristiwa ini sebagai suatu tradisi penyembelihan binatang kurban pada setiap hari raya Idul Adha.