REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu rukun iman adalah percaya pada Hari Kiamat. Saat hari kiamat, semua makhluk akan binasa, pertanda kehidupan di dunia telah berakhir. Allah berfirman dalam surat Maryam ayat 85-86:
يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِيْنَ اِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْدًا
وَنَسُوْقُ الْمُجْرِمِيْنَ اِلٰى جَهَنَّمَ وِرْدًا ۘ
Yauma naḥsyurul-muttaqīna ilar-raḥmāni wafdā. Wa nasụqul-mujrimīna ilā jahannama wirdā.
“(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, bagaikan kafilah yang terhormat dan Kami akan menggiring orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga.”
Imam al Ghazali dalam kitabnya berjudul Minhajul ‘Abidin menjelaskan ada dua kondisi manusia saat dibangkitkan dari kuburnya pada Hari Kiamat. Pertama, ada orang yang keluar dari kuburnya dan kendaraan buraq telah siap menantinya tepat di atas kuburannya, lengkap dengan mahkota dan perhiasan.
Kemudian orang itu akan mengendarainya menuju surga yang penuh dengan berbagai macam kenikmatan. Saking mulianya, dia tidak diperkenankan berjalan kaki menuju surga.
Kedua, ada orang yang keluar dari kuburnya dan Malaikat Zabaniyah sudah siap dengan tali belenggu. Orang itu yang sudah menderita, tidak akan dibiarkan masuk neraka dengan berjalan. Namun, malaikat akan menyeret wajahnya sampai ke dasar neraka jahanam. Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia terus menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya agar terhindar dari segala siksa api neraka dan mendapat surga-Nya.