Sabtu 07 Aug 2021 14:55 WIB

Hijrah, Peristiwa Agung untuk Bahan Renungan

Hijrah bertujuan untuk mempertahankan risalah.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Makkah ke Madinah (ilustrasi).
Foto: google.com
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Makkah ke Madinah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Beberapa hari lagi umat Islam akan memasuki tahun baru hijriah 1443 H yang ditandai dengan 1 Muharram. Hijriah merupakan sebuah peristiwa agung dalam upaya mempertahankan keimanan yaitu perjalanan baginda Rasulullah SAW dari Makkkah menuju Madinah.

"Peristiwa ini yang dikenal dengan hijrah," tutur Ustadz Muhammad Nasril Lc MA saat menyampaikan tausiyah daringnya dengan tema "Hijrah Zaman Now, Out Of Pandemic"

Baca Juga

Ustadz Muhammad Nasril yang juga Penghulu Muda KUA Kuta Malaka ini mengatakan, peristiwa hijrah ini mengajarkan umat banyak pelajaran. Karena perjalanan hijrah ini bukan peristiwa biasa, tapi peristiwa di mana kondisi tertentu mengharuskan baginda Rasullullah Saw dan sahabatnya untuk melakukannya. 

"Peristiwa perpindahan dari Makkah ke Madinah dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syariat Islam," katanya.

Ustadz Muhammad Nasril mengatakan, Hijrah merupakan peristiwa yang agung yang harus umat renungi dan peringati dengan penuh khidmat. Hanya saja kondisi kita saat ini masih seperti tahun sebelumnya. Dunia masih digerogoti virus Covid-19. 

Wabah yang telah merubah kehidupan masyarakat menjadi new normal, sehingga pergantian tahun dan peringatan peristiwa agung ini terkesan biasa saja, karena semua fokus pada Covid-19.

Ia menegaskan, hijrahnya baginda Rasulullah SAW merupakan perintah Allah, perjuangan yang besar, sebagai bentuk perlawanan terhadap kaum musyrikin Makkah. Sehingga kehilangan nyawa adalah taruhan paling dekat saat itu. 

"Nabi dan para sahabat meninggalkan tempat yang tidak kondusif untuk berdakwah," katanya.

Ustadz Muhammad menuturkan, saat itu, Rasulullah SAW bersama para sahabat mendapat perlakuan buruk dan kasar dari orang-orang Quraisy yang masih kafir, umat muslim dikejar-kejar dan dianiaya. Ketika melihat kondisi Makkah tak lagi aman bagi umatnya, Nabi Muhammad SAW mengizinkan sahabatnya untuk hijrah.

"Walau demikian, sulitnya perjalanan, hijrah tersebut  bukanlah melarikan diri, apalagi baginda nabi baru berhijrah tatkala semua sahabatnya telah berangkat menuju Madinah," katanya.

Pada saat Hijrah itu beliau meminta Abu Bakar ash-Shiddiq dan seorang pemandu jalan Abdullah bin Uraiqit namanya. Keduanya diminta Rasulullah ntuk menemaninya, menempuh jarak lebih kurang 500 KM dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sampai ke tempat tujuan.

"Tentu perjalanan ini ditempuh dengan melewati medan yang sangat sulit dan transportasi yang masih manual. Ditambah lagi dengan musuh yang terus mengejar baginda Rasulullah Saw bersama sahabat," katanya.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement