Kamis 05 Aug 2021 09:27 WIB

Bolehkah Mengamalkan Doa Nabi Isa?

Doa Nabi Isa dalam Surat Al Maidah ayat 114-115 memiliki konteks saat diturunkan.

Bolehkah Mengamalkan Doa Nabi Isa?
Foto:

Ada pula sementara mufassir yang berpendapat bahwa hidangan itu tidak jadi diturunkan oleh Allah karena mereka itu takut kalau-kalau melanggarnya sesudah makan hidangan itu dan mendapat adzab yang dahsyat dari Allah swt.

Menurut hemat kami, dengan melihat konteks ayat itu memang benar-benar Allah swt telah menurunkan hidangan itu (berupa roti dan daging atau buah-buahan) dari langit atas izin Allah swt. Hari turun hidangan itu pada pagi atau petang hari Ahad. Karena itulah, orang Nasrani menjadikan hari Ahad sebagai hari raya.

Kembali kepada substansi pertanyaan saudara, bahwa membaca ayat tersebut dalam bentuk doa menurut hemat kami tidak ada salahnya, kalau yang dimaksud dengan permohonan itu untuk mendapat barakah dari Allah, bukan untuk diturunkan hidangan dari langit. Sebab seperti telah disebutkan sebelumnya, hidangan itu adalah bukti kemukjizatan Nabi Isa as.

Adalah hal biasa, umat-umat sebelum Nabi Muhammad saw sering meminta kepada Nabinya untuk menunjukkan mukjizat yang bersifat konkret. Adapun mukjizat yang diberikan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw yang terbesar adalah Alquran yang bersifat maknawi dan berlaku sepanjang masa, bukan dengan mukjizat konkret (hissi) yang hanya berlaku semasa seseorang Nabi itu masih hidup, seperti tongkat Nabi Musa as, cincin Nabi Sulaiman as dan bahtera Nabi Nuh as.

Memang Nabi Muhammad saw juga pernah diberi mukjizat hissi oleh Allah, tetapi tidak atas permintaan pengikutnya. Misalnya, dalam kehidupan Nabi saw pernah terjadi hal yang mirip dengan peristiwa Nabi Isa as di atas, yaitu ketika rombongan Nabi saw kehabisan air minum dan air wudlu dalam perjalanan umrah yang tidak jadi di Hudaibiyah.

Air hanya tinggal satu timba saja tidak ada yang lain lagi. Lalu, Nabi saw memasukkan tangan beliau ke dalam air dalam timba (ember) itu.

Setelah itu, air keluar dalam timba-timba yang lain, semuanya diisi penuh, sehingga 1.200 orang dapat minum dan berwudlu. Hal itu tidak terjadi karena permintaan sahabat atau tantangan sahabat kepada Nabi saw. Hal ini tidak berarti bahwa umat Nabi Muhammad saw tidak mempunyai kekhususan-kekhususan.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement