Selasa 03 Aug 2021 20:59 WIB

5 Nama Lain Akhlak yang Jadi Penentu Kemuliaan Seseorang

Akhlak adalah ibarat seberkas sinar kekayaan yang diberikan Allah SWT

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Akhlak adalah ibarat seberkas sinar kekayaan yang diberikan Allah SWT, Ilustrasi akhlak
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Akhlak menjadi hal yang pokok dalam ajaran Islam. Terutama bagaimana merawat, menumbuhkan dan mengembangkan akhlak yang mulia. 

Guru besar tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, KH Asep Usman Ismail, menjelaskan ada beberapa pengertian tentang akhlak. Akhlak diartikan sebagai pertama, al'adah yaitu kebiasaan atau habbit.  

Baca Juga

Dia menjelaskan jika kebiasaan seseorang baik maka akhlaknya pun akan baik, sebaliknya jika kebiasaan seseorang buruk maka akhlaknya pun akan buruk. Karena itu menurutnya memperbaiki akhlak adalah memperbaiki kebiasaan.  

"Oleh sebab itu kebiasaan ini harus dievaluasi, apakah kita sudah membiasakan yang baik atau kita masih terjebak dalam kebiasaan buruk, atau kebiasaan buruk tapi kita anggap baik, ini lebih parah," kata Prof Asep dalam kajian virtual yang disiarkan Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran (PSQ), sebagaimana dikutip dari Harian Republika.   

Manusia dilahirkan ke alam dunia dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surat An Nahl ayat 78:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." 

Prof Asep menjelaskan dari ayat tersebut diketahui bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, perbuatan, pengalaman dan lainnya ketika lahir. Atau disebut dengan fitrah. 

Lalu Allah memberikan kepada manusia pendengaran, penglihatan serta memberikan memori untuk menyimpannya di dalam hati nurani yang disebut afidah atau fuad. Sehingga menurutnya akhlak itu terbentuk berdasarkan apa yang didengar, dilihat dan apa yang tersimpan dalam memori.  

"Tentu saja yang didengar adalah suara, yang dilihat adalah gambar dan gerak, lalu setelah tahapannya mendengar, melihat, menyimpan, menirukan, mengulang-ulang, lama-lama jadi kebiasaan. Saat kebiasaan itu lah terjadi akhlak," jelasnya.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement