Selasa 03 Aug 2021 18:03 WIB

Majusi Peminta Makan dan Teguran Allah SWT ke Nabi Ibrahim

Allah SWT menegur Nabi Ibrahim AS yang sempat enggan beri makan majusi

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Allah SWT menegur Nabi Ibrahim AS yang sempat enggan beri makan majusi. Ilustrasi makanan
Foto: www.freepik.com
Allah SWT menegur Nabi Ibrahim AS yang sempat enggan beri makan majusi. Ilustrasi makanan

REPUBLIKA.CO.ID, — Timbulnya masalah dalam kehidupan terutama antar sesama Muslim maupun dengan pemeluk agama lainnya, biasanya terjadi karena kurangnya rasa saling memaklumi serta kurangnya kerelaan atau kelapangan hati untuk mudah memaafkan. 

Hal ini diungkapkan pakar tafsir dan fiqih yang juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran, Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Alquran (LP3iA) Narukan, Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, dalam halal bi halal bersama Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama yang disiarkan virtual melalui akun resmi YouTube Official LP3iA, sebagaimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika.   

Baca Juga

Gus Baha mencontohkan sejumlah kisah yang menjadi khazanah dalam dunia Islam yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan dalam hidup berdampingan dan membantu sekalipun dengan orang yang berbeda akidah.

Dalam kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyah dijelaskan tentang seorang Majusi yang sangat kelaparan. Kala itu Nabi Ibrahim bersedia membantu orang majusi tersebut namun dengan memberikannya syarat yakni agar terlebih dulu masuk Islam. Orang Majusi itu pun putus asa dan pulang. 

 

Seketika Allah SWT mengingatkan Nabi Ibrahim, bahwa kendati pun orang tersebut telah 50 tahun menjadi seorang Majusi namun Allah SWT tetap memberinya makan dengan tanpa syarat. Menyadari hal itu, Nabi Ibrahim pun mengejar orang Majusi itu dan memberinya makan.  

Lebih lanjut Gus Baha juga mengingatkan agar dalam beramal tidak karena apapun kecuali karena Allah SWT. Sebab dengan begitu akan mudah melakukan amal dan terhindarkan dari sakit hati maupun putus asa.

Sebaliknya orang yang melakukan amal karena berharap imbalan makhluk berarti orang tersebut telah didikte dalam beramal yang membuatnya akan mudah merasa sakit hati bila tujuannya tidak tercapai.          

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement