Perayaan dan ibadah
Dilansir About Islam, Jumat (23/7), hari Tasyrik dianggap sebagai hari perayaan dan ibadah. Tidak dianjurkan bagi para peziarah berpuasa pada hari-hari tersebut. Mereka harus merayakannya sebagaimana salah satu hadits. Rasulullah bersabda, “Hari-hari Tasyrik adalah hari-hari makan, minum, dan berdzikir,” (HR Muslim).
Hikmah di balik hari-hari ini adalah mengizinkan para peziarah merayakan Idul Adha dan mendorong mereka makan dari daging yang mereka persembahkan demi Allah. Dulu, para peziarah biasanya datang dari jarak jauh dan daging bagi mereka adalah makanan yang sangat berharga. Oleh karena itu, sekarang mereka diberikan dorongan untuk mengonsumsinya pada hari raya tanpa rasa bersalah.
Adalah kondisi normal selama hari Tasyrik di sekitar kamp Mina beberapa orang mengadakan barbekyu. Sekarang kondisi berbeda, Allah berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 36:
وَالْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا لَكُمْ مِّنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَاۤفَّۚ فَاِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.”