REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pendiri Pusat Dakwah Alquran al-Fahmu Institute Jakarta, Ustadz Fahmi Salim selalu termenung ketika membaca surat Al Hajj.
Hal ini karena, di dalam surat ini ada satu ayat yang menyinggung tentang lalat, tepatnya di akhir surat Al Hajj. Allah SWT berfirman,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَنْ يَّخْلُقُوْا ذُبَابًا وَّلَوِ اجْتَمَعُوْا لَهٗ ۗوَاِنْ يَّسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنْقِذُوْهُ مِنْهُۗ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوْبُ
Artinya: “Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.” (QS Al Hajj ayat 73).
Dalam bukunya yang berjudul “Tadabbur Qur’an di Akhir Zaman”, Ustaz Fahmi Salim menjelaskan, dalam ayat tersebut Allah membuat perumpamaan yang sangat mudah dicerna akal manusia terkait lemahnya manusia dan semua sesembahan yang dijadikan tandingan bagi Allah.
Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa mereka yang menyembah dan yang disembah selain Allah, itu tidak dapat menciptakan seekor lalat meskipun mereka bersatu padu dan berusaha menciptakannya. Jika pun lalat itu merampat sesuatu dari mereka, maka tiadalah mereka mampu merebutnya kembali dari lalat tersebut.
Menurut Ustadz Fahmi, lalat adalah jenis serangga yang kecil. Ia dijadikan perumpamaan akan betapa lemah dan jahilnya manusia-manusia yang telah menyekutukan Allah, Sang Pencipta Alam Semesta.
Allah tidak perlu membuat perumpaan dengan suatu makhluk yang besar, hanya cukup dengan lalat untuk menampakkan kejahilan dan kehinaan para pelaku syirik. “Itulah perlambang kedigdayaan tauhid dan penghinaan terhadap kemusyrikan. Subhanallah!,” kata lulusan Al Azhar Kairo Mesir ini.