REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam merangkum tiga hal tentang tiga cara bagi Allah memuliakan hamba-Nya. Ketiga hal tersebut sangat istimewa apabila didapatkan oleh seorang hamba.
Ibnu Athaillah berkata: “Ashadaka min qabli an yasytahidaka, fanathaqat bi-uluhiyyatihi az-zhawaahiru wa tahaqqaqat bi-ahadiyyatihi al-qulubu wa as-saraa-iru. Akramaka bikaraamati tsalatsin; ja’alaka dzakran lahu, walaw la fadhluhu lam takun ahlan lijaryaani dzikrihi alaika, wa ja’alaka madzkuran bihi idz haqqaqa nisbatahu ladaika, wa ja’alaka madzkuran indahu fatammama ni’matahu alaika,”.
Yang artinya: “Allah membuatmu dapat menyaksikan-Nya sebelum memintamu untuk berusaha menyaksikan-Nya. Itulah penyebab seluruh anggota tubuh mengakui sisi ketuhanan-Nya, dan segenap hati dan relung batin mengakui keesaan-Nya.
Allah memuliakanmu dengan tiga cara. Pertama, menjadikanmu berdzikir kepada-Nya.
Andai saja bukan karena karunia-Nya, tentu engkau tidak layak berdzikir kepada-Nya. Kedua, menjadikanmu dikenal orang sebab Dia menisbatkan dzikir tadi itu kepadamu. Ketiga, membuatmu disebut-sebut di sisi-Nya sehingga nikmat yang Dia berikan padamu menjadi sempurna.
Ibnu Athaillah menjelaskan pada dasarnya Allah telah menampakkan keesaan-Nya di alam arwah sebelum meminta hamba-Nya untuk menyaksikan-Nya dengan jasadnya sendiri. Allah meminta seorang hamba bersaksi setelah menempatkan keesaan-Nya di dalam jasad sehingga jasad berbicara tentang ketuhanan-Nya dengan lisan dan ucapan.