Rabu 19 May 2021 07:49 WIB

Xinjiang Jadi Provinsi China Mayoritas Muslim, Ini Awalnya

Provinsi Xinjiang Muslim diperebutkan banyak kekuasaan sepanjang sejarah.

Rep: Harun Husein/ Red: Nashih Nashrullah
Provinsi Xinjiang Muslim diperebutkan banyak kekuasaan sepanjang sejarah Masjid kampus Xinjiang Islamic Institute (XII) Urumqi, Daerah Otonomi Xinjiang, China.
Foto:

Kawasan Xinjiang, dalam sejarah diperintah berbagai kerajaan. Pemerintahan tersebut dimulai oleh Tocharians, Yuezhi, Kekaisaran Xiongnu, Yuan Selatan, Khan Yar kent, Dinasti Qing, Republik China, hingga Republik Rakyat China (RRC).

Dinasti Qing masuk ke Xinjiang setelah Muslim Uighur dan Muslim lain di Asia Tengah, meminta bantuan untuk menghadapi orang-orang Dzungar-Mongol, yang selalu mengganggu. Setelah orang-orang Mongol- Buddha ditumpas, Dinasti Qing mendatangkan orang-orang Han dan Hui untuk menempati kawasan utara (Dzugar Basin). Namun, mereka tidak diperbolehkan memperdagangkan babi dan minuman keras ke kawasan selatan yang dihuni Muslim.

Kawasan Tarim Basin disebut juga sebagai Huiland atau tanah Hui yang terjemahan bebasnya adalah Tanah Muslim. Sekadar catatan, Hui awalnya bukan nama etnis. Dulu, istilah Hui disematkan kepada penganut Islam, Kristen, bahkan Yahudi. Tapi, lama-kelamaan istilah ini menyempit untuk menyebut Muslim. Jenghis Khan, misalnya, kerap menyebut Muslim dengan istilah "Hui-hui." Belakangan, istilah Hui menyempit lagi, khusus untuk orang China Muslim berkulit kuning. Orang Hui dan Han secara etnis tak ada bedanya.

Pada 1864 orang-orang Han dan Hui terlibat bentrok parah yang dikenal dengan Revolusi Dungan atau Revolusi Hui Muslim. Revolusi ini awalnya bertujuan memberi pelajaran kepada pemerintahan-pemerintahan korup dan para pejabat penindas rakyat.

Kondisi chaos saat itu berlanjut saat Khan Kokand dari kawasan yang kini merupakan Kirgiztan bersama pasukan Turko- Muslim-nya memasuki Xinjiang dari Kasghar. Ironisnya, pasukan yang dipimpin Yaqub Beg ini menjalin aliansi dengan milisi Han dan mengepung pasukan Muslim di Urumqi.

Yaqub memerintah di sana enam tahun. Rusia pun ikut ambil bagian dan pada 1871 mengepung kawasan Lembah Ili yang kaya, termasuk Gulja di utara Xinjiang.

Belasan tahun kemudian, barulah Dinasti Qing siuman. Mereka mengirim pasukan untuk menumbangkan Yaqub Beg dan mengambil Gulja dari Rusia.

Selanjutnya, Dinasti Qing menggabungkan kawasan utara Tianshan (Dzungar Basin) dengan kawasan selatan (Tarim Basin) yang didiami Muslim dan pada 1884 menamainya Xinjiang yang berarti batas baru. Xinjiang menjadi sebuah provinsi.

 

Namun, karena orang-orang Han dan Hui di Xinjiang utara hampir punah akibat perang sipil, orang-orang Uighur di selatan pun akhirnya menyebar ke utara. Maka, jadilah seantero Xinjiang didiami mayoritas Muslim Uighur.   

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement