REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam memerinci segala urusan manusia, baik yang bersifat indrawi maupun metafisik seperti mimpi. Nabi SAW pun membuatkan perintah anjuran kepada orang-orang yang mengalami mimpi, baik mimpi baik maupun mimpi buruk.
Dalam kitab Mukhtashar Shahih Al-Bukhari karya Nashiruddin Al-Albani dijelaskan sebuah hadits: “An Abi Sa’idin Al-Khudriyyi annahu sami’a An-Nabiyyi SAW yaqulu: idza ra-a ahadukum ru’ya yuhibbuha fa-innama hiya minallahi. Falyahmadillaha alaiha, wal-yuhaddits biha, wa idza ra-a ghaira dzalika mimma yakrahu, fa innama hiya minassyaithaani, fal-yastaidz min syarriha wa la yadzkurha li-ahadin fainnaha laa tadhurruhu,”.
Yang artinya: “Abu Sa’id Al-Khudri mendengar Nabi SAW bersabda: “Jika salah seorang dari kalian melihat mimpi yang dia sukai, sesungguhnya mimpi itu dari Allah. Hendaknya dia ucapkan kalimat syukur kepada Allah dan dia bicarakan mimpi tersebut kepada orang lain,”.
“Jika dia melihat mimpi yang selain itu yang dia benci, berarti mimpi itu dari setan. Hendaknya dia meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi itu tersebut kepada seorang pun. Karena sesungguhnya mimpi yang seperti itu tidak membawa bahaya,”.