Kamis 25 Mar 2021 21:24 WIB

Keislaman, Kearaban dan Keindonesiaan (1)

Indonesia merupakan bangsa muslim terbesar di dunia yang paling sedikit terarabkan.

Keislaman, Kearaban dan Keindonesiaan (1)
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Hajriyanto Y. Thohari, Wakil Ketua MPR RI 2009-2014

Adalah tidak mudah melepaskan sama sekali antara kearaban dan keislaman itu. Pasalnya, terlepas apakah lebih sebagai kesan ataukah kenyataan tetapi pandangan tentang adanya kesejajaran antara keislaman dan kearaban sangatlah kuat.

Baca Juga

Pandangan seperti ini ternyata bukan hanya dianut oleh kalangan Islam saja, melainkan juga oleh kalangan non-Islam. Dr Anton Wessels, guru besar Agama dan Misiologi di Vrije Universiteit, misalnya, dalam bukunya Arabier an Christen: Christelijke kerken in het Midden-Oosten (1983), juga ikut mengabadikan kesan serupa.

Dalam buku yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Arab dan Kristen: Gereja-Gereja Kristen di Timur Tengah oleh Tati SL Tobing (BPK Gunung Mulia, cet. Ke-2, 2002), Wessels sembari mengutip sebuah ungkapan yang sangat terkenal di dunia Arab yang berbunyi “Bahasa Arab tak dapat dikristenkan”, juga mengatakan bahwa “Banyak orang yang begitu mendengar kata Arab pikirannya segera terarah pada Islam”.

Tak heran jika Wessels yang pernah mengajar di Sekolah Tinggi Teologi Lebanon (1971-1978), dengan sedikit geregetan sempat mengutip pernyataan mendiang Presiden Libya Moammar Qadafi yang konon pernah menyarankan agar orang Arab Kristen bertobat saja! Sebab, orang Arab yang beragama Kristen merupakan suatu penyimpangan.

Qadafi, konon, ini masih mengutip Wessels (h. xvi) lho ya, mengatakan pula bahwa “Apabila orang Arab yang beragama Kristen menginginkan keabsahan sebagai orang Arab, seharusnya mereka menganut Islam. Pasalnya, jika tidak demikian mereka akan berkepribadian ganda: orang Arab kok Kristen!”

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement