REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Muhbib Abdul Wahab
Dosen Pascasarjana FITK UIN Syarif Hidayatullah dan Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah
Nama terbaik Allah, al-Fattâh, disebutkan hanya sekali dalam al-Quran, pada ayat 26 surat Saba’ [34]. Al-Fattâh, berasal dari fataha-yaftahu fathan yang berarti membuka.
Ar-Raghib al-Asfahani dalam al-Mufradât fi Gharîb al-Qur’ân menjelaskan makna kata fath sebagai menghilangkan ketertutupan dan kemusykilan (permasalahan). Jadi, al-Fattâh –berbentuk shigat mubalaghah, superlative— mengandung arti Maha Pembuka, baik Pembuka segala yang bisa dilihat oleh manusia dengan indra penglihatannya, seperti membuka pintu maupun pembuka segala yang tidak dapat diinderanya, seperti membuka tabir kesulitan, kemalangan, kesedihan, dan permasalahan pelik.
Ada dua makna al-Fattâh yang penting diresapi hamba. Pertama, al-Fattâh itu Maha Menghakimi, Memberikan ketetapan dan keputusan dengan adil.
Hal ini dapat dipahami dari ayat: “Katakanlah, “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi keputusan, Maha Mengetahui.” (QS Saba’ [34]:26).
Kedua, al-Fattâh itu Allah Maha Pembuka rahmat, Pembuka pintu kebaikan, keberkahan, rezeki, dan segala bentuk kasih sayang-Nya yang melimpah ruah. Makna ini, antara lain, dapat dipahami dari ayat: “Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-‘A`raf [7]:96)