REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada fase awal perjalanan Islam, Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara diam-diam sebagai langkah taktis menghindari penyiksaan dan gangguan dari kaum kafir Quraisy. Setelah perintah dakwah secara terbuka diturunkan, kepada kalangan mana Nabi mulai menyerukan Islam?
Setelah sekian lama berdakwah secara tertutup dan rahasia, Allah memerintahkan Nabi memberi peringatan kepada keluarga besar beliau yang terdekat. Hal ini sebagaimana yang diabadikan dalam Alquran Surah As-Syuara ayat 214-216.
Allah SWT berfirman: “Wa andzir ‘asyirataka al-aqrabina. Wakhfidh janaahaka limanittaba’aka minal-mukminin. Fa in ashauka faqul inniy bari-un mimma ta’maluna,”. Yang artinya: “Peringatilah kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu dari orang-orang mukmin. Jika mereka (kaum musyrik) mendurhakaimu maka katakanlah: sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan,”.
Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, memenuhi perintah tersebut maka Nabi menyiapkan santap siang dengan mengundang sekitar 30-40 orang dari keluarga terdekat beliau. Antara lain Abu Thalib, Hamzah, Abbas, dan Abu Lahab.