REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yunahar Ilyas
Mula-mula orang-orang Quraisy berkumpul di rumah Walid ibn Mughirah. Walid meminta kaum Quraisy membuat kesepakatan, apa yang akan dikatakan kepada para peziarah tentang Muhammad.
Lalu ada yang mengusulkan supaya dikatakan bahwa Muhammad dukun, tetapi Walid segera menolaknya karena Muhammad sama sekali tidak tampak seperti dukun karena dia tidak pernah menggumamkan mantra-mantra layaknya dukun. Yang lain usul katakan saja Muhammad gila.
Walid juga menolaknya karena Muhammad tidak pernah menangis tersedu-sedu, atau berbicara sendiri atau linglung. Bagaimana kalau kita katakan dia penyair, usul yang lain.
Walid tetap menolaknya karena yang Muhammad sampaikan itu sama sekali bukan syair. Akhirnya mereka mengusulkan kita katakan saja Muhammad itu tukang sihir.
Walid menolaknya juga: “Dia sama sekali tidak sperti penyihir. Sungguh, kita telah banyak melihat tukang sihir, Muhammad sama sekali tidak komat kamit atau membuat buhul tali seperti penyihir”.
Lalu kita katakan apa, tanya mereka. Walidpun berkata: “Demi Allah, perkataannya manis, pangkalnya cerdik, sedangkan cabangnya benar-benar matang. Apapun julukan yang kan kalian tempelkan padanya pasti kelihatan salah. Barangkali yang paling mendekati kemiripan kalian sebut saja dia tukang sihir. Dia datang membawa sihir yang memisahkan seseorang dari ayahnya, seseorang dari saudaranya, seseorang dari isterinnya, seseorang dari keluarganya. Merekapun bubar berbekal kesepakatan tersebut. (ar-Rahiq al-Makhtum hal. 94).