Ahad 21 Feb 2021 09:47 WIB

Prinsip Islam Moderat dalam Perspektif Kajian Fiqih   

Terdapat sejumlah prinsip Islam moderat menurut perspektif fiqih

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
 Terdapat sejumlah prinsip Islam moderat menurut perspektif fiqih. Ilustrasi Islam moderat
Foto:

Di dalamnya, ummatan washatan ini terdapat tiga penafsiran. Pertama, umat pilihan. Kedua, dari al-tawassuth (bersikap sedang) dalam semua urusan. Sebab, kaum muslim bersikap menengah dalam agama, sehingga mereka tidak berlebihan dalam beragama dan tidak pula kurang.  

Ketiga, yang dimaksud dengan al-tawassuth adalah bersikap adil, karena adil berada di tengah antara lebih dan kurang.    

Rois Syuriah PBNU ini lalu menjelaskan wasathiyah dalam ushul fiqih. Mengutip pendapat ulama kontemporer, Abdullah Bin Bayyah, dalam kitab Khithab al-Amni fi al-Islam wa Tsaqafah al-Tasamuh wa al-Wi'am ia menerangkan wasathiyah berarti berada dalam posisi moderat (tengah), tidak ekstrem kanan (radikal) atau kiri (liberal). Hal ini seperti yang pernah disampaikan seorang generasi tabiin, al-Hasan al-Bashri. 

Hal senada juga dijelaskan Ibnu ‘Ibad al-Nafzi. Beliau berkata, “Berada di jalan syariat adalah hal terberat untuk dilakukan, karena berarti harus selalu bersikap adil dan berada di tengah-tengah (moderat) dalam segala hal. Padahal secara naluri, nafsu seseorang condong kepada salah satu sisi". 

Menurut Kiai Ishom, Islam sebagai agama yang memiliki misi untuk menegakkan keadilan, juga membawa misi untuk mewujudkan keselamatan. Tidak diragukan, Islam menjadikan relasi seluruh manusia ditegakkan atas dasar cinta dan kasih sayang, baik hubungan antarindividu, kerabat, keluarga, antar komunitas, maupun antarbangsa/negara. 

Relasi demikian ini menjadi fondasi bagi persaudaraan yang bersifat kemanusiaan (al-ukhuwwah al-insaniyyah) yang menjadi sifat utama dari orang-orang yang beriman. Rasulullah SAW bersabda: 

 

 لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ "Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu semua hingga kamu mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR al-Bukhari) 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement