Senin 01 Feb 2021 06:48 WIB

Saat Khalifah Harun Al-Rasyid Menolak Mendengar Ucapan Kasar

Khalifah Harun Ar-Rasyid menolak dengar ucapan kasar.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Saat Khalifah Harun Al-Rasyid Menolak Mendengar Ucapan Kasar. Foto: Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).
Foto: encyclopedia.com
Saat Khalifah Harun Al-Rasyid Menolak Mendengar Ucapan Kasar. Foto: Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu teknik berdakwah yang paling menonjol dalam Islam adalah dakwah dengan rahmah. Saking tidak sukanya terhadap kata-kata kasar, Harun Al-Rasyid bahkan menolak mendengarkan perkataan keras dan kasar.

Tanpa menggunakan kata-kata kasar, dakwah semacam ini sesungguhnya adalah ajaran Nabi Muhammad SAW. Syekh Aidh Al-Qarni dalam buku Sentuhan Spiritual menjelaskan, tentang teknik berdakwah maka dibutuhkan bagi seorang dai agar menyeru kebenaran dengan cara-cara yang dapat menyentuh hati lawan bicaranya.

Baca Juga

Yaitu dengan cara menghilangkan sikap-sikap kasar yang dapat melukai perasaan. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah Ali Imran penggalan ayat 159: “Wa lau kunta fazzhan ghalizhal-qalbi lanfaddhu min hawlika,”. Yang artinya: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu,”.

Syekh Aidh Al-Qarni bercerita tentang seorang laki-laki pedalaman yang mendatangi Harun Al-Rasyid. Laki-laki itu berkata: “Wahai Harun, aku mempunyai suatu perkataan yang sangat keras dan kasar, maka dengarkanlah,”.

 

Menengar hal itu, Harun Al-Rasyid pun menjawab: “Demi Allah, aku tidak bersedia mendengarnya. Demi Allah, aku tidak akan mendengarnya. Demi Allah, aku tidak akan mendengarnya,”. Si laki-laki pedalaman itu pun terheran-heran dan bertanya alasan penolakan Harun Al-Rasyid yang tak mau mendengar kata-kata kasar.

Lalu, Harun menjawab lagi: “Karena Allah telah mengutus orang yang lebih baik darimu (Nabi Musa) kepada orang yang lebih buruk daripadaku (Firaun),”. Kemudian Harun mengucapkan firman Allah dalam Surah Thaha ayat 44: “Faqula lahu qaulan layyinan la’allahu yatadzzakaru aw yakhsya,”. Yang artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lembut. Mudah-mudahan ia ingat atau takut,”.

Sehingga, Syekh Aidh Al-Qarni berpendapat, bersikap lembut dalam berdakwah merupakan suatu tuntutan yang tidak bisa disepelekan. Adab berdialog dengan orang lain harus ditegakkan dalam berdakwah. Demikian pula menempatkan orang sesuai dengan kedudukannya adalah suatu cara yang sangat baik. Sama halnya dengan menjaga perasaan tatkala melangsungkan komunikasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement