REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang melanjutkan perjuangan adalah Sayyidina Abu Bakar. Periode pemerintahannya cukup singkat, dua tahun tiga bulan sepuluh hari.
Kendati Abu Bakar dikenal sebagai sosok yang lemah lembut, tetapi dalam mengikuti sunnah dan manhaj Rasulullah, dia sangat tegas.
Dia wafat dalam keadaan sakit demam. Sejumlah sejarawan sepakat tentang hal itu. Namun, mereka berbeda pendapat tentang penyebab demamnya.
Pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ),Prof M Quraish Shihab menjelaskan dalam bukunya, Kematian Adalah Nikmat, ada yang menyebut kondisi fisik Abu Bakar sedang tidak prima, lalu dia mandi di musim dingin. Setelah dua pekan, dia mengembuskan napas terakhir.
Sementara itu, ada pula yang menyatakan Abu Bakar diracuni orang Yahudi melalui madu yang dihadiahkan. Dampak dari itu, terjadi setahun kemudian.
Yang jelas, saat kondisi kritis menjelang kematiannya, Abu Bakar bertanya, “Hari apakah hari ini." Lalu hadirin menjawab, “Hari Senin.” Kemudian, dia mengatakan, “Semoga antara kini dan malam nanti.” Yang dimaksudnya adalah semoga maut menjemputnya pada hari yang sama dengan meninggalnya Nabi Muhammad SAW.
Harapan dia dikabulkan Allah SWT. Kala itu, putrinya, Aisyah, menghampiri ayahnya sambil mengucapkan, “Demi umurmu, tidaklah bermanfaat kekayaan bagi seseorang, bila nyawa telah di tenggorokan dan dada telah menyempit. Siapa yang air matanya masih tertahan, maka sungguh suatu ketika pasti bercucuran.”
Mendengar itu, Abu Bakar membuka matanya sambil mengarahkan kepada Aisyah dan berkata, “Tidak demikian seharusnya engkau berucap, tetapi ucapkanlah, seperti ayat 19 surat Qaf:
وَجَاۤءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۗذٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ Wa jā`at sakratul-mauti bil-ḥaqq, żālika mā kunta min-hu taḥīd. “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari.”
Abu Bakar juga berpesan, “Lihatlah kedua bajuku ini. Cucilah dan kafakanlah aku dengannya. Orang hidup lebih membutuhkan yang baru daripada orang yang telah mati.”
Sahabat Nabi lain, Salman al-Farisi, datang menjenguknya. Abu Bakar juga sempat berpesan kepadanya, “Hai Salman, akan terkuasai banyak daerah, jangan sampai aku mengetahui bahwa bagianmu adalah apa yang engkau simpan dalam perutmu atau pikul di punggungmu. Ketahuilah bahwa siapa yang shalat wajib, maka dia telah berada dalam perlindungan Allah. Jangan sampai engkau membunuh seseorang yang telah masuk dalam perlindungan Allah sehingga Allah menuntutmu, lalu memasukkanmu ke neraka.”
Khalifah Abu Bakar meninggal pada 23 Agustus 634 Masehi dalam usia sekitar 62 tahun. Dia dimakamkan persis di samping makam Nabi SAW.