REPUBLIKA.CO.ID, Allah SWT selalu mengingatkan manusia dalam Firman-Nya tentang ancaman godaan iblis, jin dan setan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sejumlah ayat Alquran.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu setan dari jenis manusia dan jin." (QS al- An'am: 112)
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu." (QS Yasin: 60)
Iblis dalam etimologi bahasa Arab yang artinya tidak mempunyai kebaikan sedikit pun (man la khaira ‘indah). Sebagian pakar bahasa Arab ada pula yang mengatakan diambil dari kata ablasa yang berarti putus asa.
Kalangan ulama memiliki pandangan yang berbeda tentang pengertian setan, jin maupun iblis. Menurut Quraish Shihab sebagaimana yang ditulis Ahmad bin Muhammad Ali Al-Fayyumi dalam bukunya Al-Misbah Al-Munir dijelaskan, kata setan boleh jadi terambil dari kata شَ طَ نَ yang berarti jauh, karena setan menjauhkan dari kebenaran atau menjauhkan dari rahmat Allah. Adapula yang berkata bahwa setan berasal dari kata شَ اطَ yang berarti melakukan kebatilan atau terbakar.
"Setan adalah sifat untuk menyebut setiap makhluk yang jahat, pembangkang, tidak taat, suka membelot, suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya. Dalam tafsir Ibnu Katsir, setan adalah segala sesuatu yang menyimpang dari tabiatnya berupa kejahatan, baik dilakukan dari jenis manusia maupun jin," tulis Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Ali Syaikh dalam Tafsir Ibnu Katsir.
Abdul Hamid al-Suhaibani dalam bukunya Misteri Alam Jin, menjelaskan, secara istilah jin adalah jenis ruh yang berakal dan memiliki keinginan dan kewajiban (taklif) yang sama seperti manusia. Wujud jin tidak bisa ditangkap panca indera, tidak terlihat dan tertutup. Namun mereka hidup seperti halnya manusia, mereka makan, minum, menikah dan memiliki keturunan.
Dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Jin merupakan penghuni bumi dan malaikat penghuni langit. Merekalah yang memakmurkannya. Di setiap langit ada para malaikat yang mendirikan shalat, bertasbih dan berdoa. Para malaikat di setiap tingkatan langit yang lebih tinggi memiliki ibadah, tasbih, dan doa yang lebih banyak dari pada tingkatan di bawahnya. Jadi, para malaikat merupakan penghuni langit dan jin penghuni bumi.”
Sumber: http://repository.uin-suska.ac.id/6286/3/BAB%20II.pdf