REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peristiwa terbelahnya bulan menjadi salah satu mukjizat Allah SWT atas kebenaran risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Para sahabat ketika itu melihat Gunung Hira berada di antara dua celah pada bagian bulan yang terbelah.
Peristiwa tersebut terjadi sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Saat itulah orang-orang kafir di Makkah bertanya kepada Nabi SAW tentang sebuah ayat yang menunjukkan ketulusan dan kenabiannya.
Dalam hadits riwayat Bukhari dari jalur Anas bin Malik, disebutkan bahwa penduduk Makkah meminta kepada Rasulullah SAW agar beliau menunjukkan tanda-tanda (mukjizat). Maka beliau memperlihatkan kepada mereka di mana bulan terbelah menjadi dua bagian hingga dapat terlihat gua Hira dari celah di antaranya."
أنَّ أهلَ مكَّةَ سألُوا رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم أنْ يُريَهُم آيَةً، فأراهُمُ القمَرَ شِقَّينِ، حتى رأوْا حِراءً بَينهُما
Mukjizat itu dianggap sebagai salah satu tanda Kiamat dan Nabi SAW mengetahui terjadinya hal itu. Dalam hadits sahih, disebutkan:
خمسٌ قد مَضَيْنَ: الدخانُ، والقمرُ، والرومُ، والبطشةُ، واللِّزَامُ، فسوف يكون لزاما "Ada lima perkara yang telah berlalu (terjadi), yaitu (kemenangan) Romawi (atas Persia), Ad-Dukhan (awan putih), Al-Lizam, Al-Batsyah, dan Al-Qamar (terbelahnya rembulan)."
Peristiwa terbelahnya bulan ini juga tercatat di dalam Alquran sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qomar ayat 1:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.”
Namun orang-orang Musyrik tetap menyangkal kenabian Nabi Muhammad SAW dan menyebutnya sebagai sihir.
Mukjizat Nabi SAW berbeda dari beberapa rasul lain misalnya Nabi Musa yang diberi mukjizat bisa berkomunikasi dengan Allah SWT. Sementara Nabi Isa dapat menyembuhkan orang buta dan penderita kusta serta membangkitkan orang mati.