Sifat Al-Muhaimin
Dengan adanya sifat khusus dan istimewa di atas, maka selaku makhluk-Nya yang lemah dan banyak kelemahan di hadapan Allah SwT, dianjurkan memupuk kesadaran terhadap 2 hal. Pertama, melakukan introspeksi diri secara terus-menerus terhadap segala tindakan jasmani maupun polah rohani. Sebab tindakan jasmani yang bersifat kasat mata maupun polah rohani yang bersifat batini, tersembunyi, seluruhnya senantiasa disaksikan secara gamblang, diawasi ketat, dan dijaga secara seksama oleh Allah SwT agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan.
Kedua, melakukan musyahadah, dalam arti batin terdalam senantiasa, seolah-olah, menyaksikan Allah SwT secara terus-menerus agar kita mampu terus-menerus menerima cahaya-Nya. Melakukan muraqabah, dalam arti batin terdalam senantiasa kita awasi secara terus-menerus untuk mendapatkan keridhaan Allah SwT, dan melakukan muhafadhah, dalam arti batin terdalam kita secara terus-menerus jaga diri dari kelalaian mengingat kebesaran Allah SwT, tersebab terlena pada fitnah dan cobaan nikmat kegembiraan dan penderitaan yang bersifat duniawi.
Bahwa kehidupan di dunia ini memang harus dijalani, sekalipun isinya penuh ritme yang silih berganti antara sedih-gembira, susah-senang, rugi-untung, kurang-tambah, sakit-sehat, gagal-berhasil, lambat-cepat, miskin-kaya, kalah-menang, bangkrut-sukses, terkucil-populer, terhina-terhormat, dan sebagainya. Namun kita yakin Allah Swt memiliki sifat Al-Muhaimin dan kita diberi peluang memanfaatkan kekuatan intropeksi, musyahadah, muqarabah, dan muhafadhah. Di situlah ketemunya.
-----
Dr. H. Mohammad Damami Zain, M.Ag, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sumber: Majalah SM Edisi 16 Tahun 2017
https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/12/20/al-muhaimin/