REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah seorang sosok perempuan yang dikagumi saat zaman Rasulullah adalah Asma binti Abu Bakar. Dia adalah putri dari sahabat Nabi, Abu Bakar ash-Shiddiq dan kakak Sayyidah Aisyah, istri Rasulullah. Asma lahir pada 595 Masehi atau 27 tahun sebelum hijrah Nabi Muhammad dan wafat pada 692 Masehi.
K.H. Husein Muhammad menjelaskan dalam bukunya Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah, Asma termasuk generasi Islam pertama atau As-Sabiqun- al-Awwalun. Dua sejarawan terkemuka, Ibnu Hajar dan Ibnu Ishak dalam bukunya mengatakan Asma adalah orang ke-18 delapan belas yang pertama masuk Islam.
Asma diberikan predikat Dzatun Nithaqain yang berarti perempuan yang memiliki dua selendang. Selendang pertamanya diberikan kepada Nabi Muhammad dan selendang keduanya diberikan kepada ayahnya saat mereka hijrah ke Madinah.
Umar Ridha Kahalah dalam bukunya A’lam an-Nisa mengatakan Asma adalah perempuan yang ikut hijrah, akalnya cerdas, memiliki kepribadian luhur (terhormat) dan kemauan yang kuat. Dia juga seorang penyair, bicaranya tegas dan jelas.
Sebagai seorang yang kritis, dia kerap menanyakan hal yang dia rasa ragu kepada Rasulullah. Misal, saat ia menanyakan terkait silaturahmi dengan sang ibu yang merupakan seorang musyrik. Kala itu, sang Ibu, Futailah siang hari datang menemui Asma di rumahnya. Dia membawa kurma dan gajih untuk dihadiahkan kepada anaknya. Asma ragu menerimanya. Lalu, dia menemui Rasulullah dan bertanya apakah boleh bersilaturahmi dengan ibunya sekaligus menerimah hadiah dari ibunya yang masih musyrik. Lalu Rasulullah mengatakan, “Iya boleh. Temui dan bersilaturahmilah dengan ibumu.” Jawaban Nabi tersebut setelah dia menerima wahyu surat Al-Mumtahanah ayat 8 yang berbunyi :
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
Lā yan-hākumullāhu \'anillażīna lam yuqātilụkum fid-dīni wa lam yukhrijụkum min diyārikum an tabarrụhum wa tuqsiṭū ilaihim, innallāha yuḥibbul-muqsiṭīn. “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
Dalam kitab Ash-Shahabiyyat, ada sebuah pembicaraan tentang kisah Asma, disebutan “Asma binti Abu Bakar adalah perempuan ahli sastra dan penyair. Kata-katanya memperlihatkan kebijaksanaan. Sahabat-sahabatnya senang mendengarkan ceramah dan nasihatnya. Dia memiliki banyak pengetahuan dan meriwayatkan hadits.”
Selama hidup, Asma meriwayatkan hadits dari Rasulullah sebanyak 58 hadits. Imam Bukhari dan Muslim sama-sama meriwayatkan 14 hadits. Riwayat lain menyebutkan Imam Bukhari dan Muslim sepakat mengambil hadits Rasullah dari Asma sebanyak 22 hadits. Sedangkan yang tidak disepakati keduanya ada 9 hadits, Imam Bukhari 5 hadits dan Imam Muslim hadits. Asma juga dikenal sebagai perempuan yang aktif dalam perjuangan menegakkan Islam. Bahkan, dia ikut perang bersama suaminya, Zubair bin Awwam dalam Pertempuran Yarmuk. Asma wafat di Makkah beberapa hari setelah kematian anaknya, Ibnu Zubair. Sebelum kematiannya, dia dikabarkan sakit mata.