Senin 07 Dec 2020 20:26 WIB

Terapkan Ayat Khusus Orang Kafir untuk Muslim, Bolehkah?

Ayat-ayat khusus kafir tak serta merta bisa untuk orang Islam

Ayat-ayat khusus kafir tak serta merta bisa untuk orang Islam. Ilustrasi Alquran
Foto:

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

Muncul pertanyaan, apakah ini artinya ayat-ayat yang turun berkaitan dengan orang-orang kafir itu kita abaikan begitu saja karena tidak ada sangkut-menyangkut dengan kita sebagai Muslim? Kalau begitu, alangkah banyaknya ayat-ayat yang ‘dinganggurkan’ dan tidak perlu menjadi perhatian serius karena ia tidak ditujukan kepada kita? 

Bagaimana dengan kaidah yang sangat populer : الْعِبْرَةُ بِعُمُوْمِ اللَّفْظِ لاَ بِخُصُوْصِ السَّبَبِ “Yang menjadi patokan adalah keumuman redaksi bukan kekhususan sebab.”   

Bagaimana pula dengan riwayat yang menyebutkan bahwa Umar bin Khattab ra lebih suka makan makanan yang keras-keras. Ketika ada yang memberi saran, “Andaikan engkau pilih makanan yang lebih lunak dari ini,” ia berkata: “Aku takut pahalaku disegerakan.” Kemudian ia membaca ayat: 

أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا ... الأحقاف 20 “Kamu telah habiskan kebaikan-kebaikanmu (rezeki yang baikmu) di kehidupan dunia…” 

Padahal ayat tersebut jelas diturunkan berkenaan dengan orang-orang kafir. Tapi mengapa ayat ini dijadikan Umar sebagai pijakan untuk pilihannya? 

Jawaban untuk hal ini tidaklah sederhana. Tapi secara umum bisa kita katakan bahwa yang dilarang sebenarnya adalah ‘memasangkan’ ayat-ayat yang turun berkaitan dengan orang-orang kafir kepada orang-orang beriman. Pemasangan yang mengabaikan asbabun nuzul, konteks (siyaq) ayat dan tafsir dari para ulama yang kompeten. 

photo
Ilustrasi Alquran - (pxhere)
Tapi ini tidak berarti kita sebagai Muslim bisa aman dari ancaman yang terdapat dalam ayat itu kalau kita ternyata memiliki sifat seperti sifat orang-orang kafir tersebut. Inilah yang dimaksud para ulama dalam kalimat padat penuh makna:  

إِنَّ كُلَّ آيَةٍ وَرَدَتْ فِى حَقِّ الْكُفَّارِ فَإِنَّهَا تَجُرُّ بِذَيْلِهَا عَلَى عُصَاةِ الْمُؤْمِنِيْن “Setiap ayat yang turun berkenaan dengan orang-orang kafir maka sesungguhnya substansi dari ayat itu bisa ditarik untuk orang-orang mukmin yang bermaksiat.”  

Kalimat تَجُرُّ بِذَيْلِهَا sangat halus dan padat. Mungkin padanan kata yang saya pilih dalam terjemahan di atas kurang pas. Kalimat ini lebih tepat dipahami dengan dzauq ‘arabi-nya.    

Mengapa masalah ini perlu diangkat? Karena ketika kita menyikapi satu fenomena, mengkritik satu pihak, atau mungkin menyerang kelompok yang berbeda, sebagian kita menggunakan ayat-ayat Alquran sebagai rujukannya.

Tapi terkadang asbabun nuzul ayat tersebut, konteksnya, turunnya terkait siapa, bagaimana tafsirnya dan seterusnya, sering kita abaikan. 

Apalagi pada masa-masa pilkada seperti saat ini. Tak jarang orang-orang yang memiliki background ilmu-ilmu syar’iy menggunakan ayat dan hadits untuk menyerang pihak yang berbeda dengannya. Padahal terkadang ayat dan hadits tersebut sangat tidak cocok untuk ‘dipasangkan’ pada objek yang ia kritik atau serang. والله تعالى أعلم وأحكم  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement