Rabu 14 Oct 2020 20:08 WIB

Petunjuk Rasulullah Agar Derajat Keimanan Meningkat

Keimanan seorang Muslim mempunyai tingkatan.

Petunjuk Rasulullah Agar Derajat Keimanan Meningkat/Ilustrasi
Foto:

Kedua, tentang amalan-amalan yang tersebut dalam hadits di atas, dimana dapat menghapus dosa dan meningkatkan derajat keimanan. Isbaghul- wudhu’ dimaksudkan pada ikhtiar menyempurnakan wudhu, yang secara lahir dengan membasuh-lebihkan bagian-bagian tubuh yang memang harus dibasuh.

Terutama ketika kondisi sulit dan tidak memungkinkan untuk menyempurnakannya, tetapi kita tetap bertekad kuat melaksanakan untuk menyempurnakannya. Semisal ketika cuaca dingin, badan dalam kondisi tidak fit, dan atau ketika antrian memanjang saat hendak wudhu di masjid. Meski secara fikih, kondisi-kondisi tersebut dapat dimaafkan.

Tapi itulah suatu ikhtiar yang dalam hadits ini disebut sebagai ribath, yang makna asalnya adalah menahan diri dari sesuatu. Ibnu Abu Hatim menambah penjelasan bahwa makna “fadzalikum al-ribath” adalah gugurnya dosa seseorang sehabis menyempurnakan wudhunya.

Orang yang melakukan ribath, berarti menahan diri untuk melakukan amalan tersebut terus menerus. Termasuk dalam perintah yang kedua untuk senantiasa istiqamah, terutama, melaksanakan shalat jamaah lima waktu ke masjid yang diibaratkan dengan “kasratul-khuta ila al-masajid”. Yang juga membuka kemungkinan tujuan-tujuan kebaikan lain ketika seseorang pergi ke masjid.

Menunggu shalat satu ke shalat yang lain berikutnya juga disebutkan oleh Nabi sebagai amalan yang dapat menghapuskan dosa dan meninggikan derajat di surga. Namun, kita harus memahaminya dengan menghubungkan kepada hadits dan ayat Al-Qur’an lain, dimana kita diperintahkan untuk menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.

Maka menunggu waktu shalat berikutnya dapat dipahami untuk kita senantiasa berikhtiar melaksanakan shalat, khususnya yang lima waktu tepat pada waktunya dan dilaksanakan di masjid berjamaah. Akan sangat tidak produktif, jika kita hanya berpangku tangan memperbanyak doa dan berzikir di masjid di sela-sela waktu shalat menunggu waktu shalat berikutnya, padahal kita diperintahkan untuk tidak melupakan urusan dunia kita.

Pekerjaan menunggu shalat berikutnya dalam hadits di atas diumpamakan sebagai perbuatan ribath termudah dan teringan dilakukan dibandingkan dengan ribath yang sesungguhnya, yaitu kondisi seseorang atau kelompok pasukan Muslim yang sedang mengamati pergerakan musuh (dalam jihad peperangan) atau menjaga keamanan kaum Muslim yang sedang dalam keadaan berperang.

Hadits di atas bagi kita adalah wejangan dan wasiat dari Nabi untuk kita jadikan sebagai panduan dalam melakukan amalan-amalan, yang kadang kita menganggapnya kecil dan mudah dilakukan. Namun sebenarnya sangat susah dijalankan kecuali bagi mereka yang mengetahui inti dari wasiat tersebut, yaitu menghapus dosa dan meninggikan derajat seseorang di surga.

Di sisi lain, ada banyak hadits yang berisikan informasi amalan yang sifatnya ringan dan mudah dilakukan, namun imbasnya sangat besar, semisal sebuah riwayat dari Anas bin Malik: “Tidaklah seorang hamba bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, melainkan Allah mengharamkan neraka atasnya.” (HR. Al-Bukhari).

-----

Fadhlurrahman, Alumni Madrasah Mu’allimin dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta serta Pengasuh MBS Purworejo

https://www.suaramuhammadiyah.id/2019/10/24/meningkatkan-derajat-keimanan/

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement