Ahad 11 Oct 2020 04:45 WIB

Kisah Pemilik Pohon Kurma yang Bakhil dan Hari Akhir

Meraih kebaikan di hari akhir juga mesti diawali dari kebaikan di dunia.

Kisah Pemilik Pohon Kurma yang Bakhil dan Hari Akhir
Foto:

Abu Ad-Dahda’ terdiam sejenak dan berkata, “Engkau minta yang bukan-bukan. Tapi baiklah, aku berikan 40 pohon kurma padamu, dan aku minta saksi jika engkau benar-benar mau menukarnya”. Ia pun memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu. 

Si dermawan itu menghadap Rasulullah, “Ya Rasulullah, pohon kurma itu telah men­ja­di milikku. Aku akan menyerahkannya kepadamu.” Berangkatlah Rasulullah menemui pemilik rumah yang fakir itu dan bersabda, “Ambillah pohon kurma itu untukmu.”

Dari kejadian yang mengharukan ini turunlah QS. Al-Lail yang membedakan kedudukan orang bakhil de­ngan orang dermawan. Yang membedakan antara orang yang percaya kebaikan di Hari Akhir dan orang yang tidak percaya tentangnya; dan antara orang yang akan mendapat kemudahan di Hari Akhir karena kebaikannya di dunia dan mereka memperoleh kesulitan di akhirat karena kebahilannya.

Jika dikembalikan kepada diri kita sebagai seorang Muslim yang sudah menyatakan beriman kepada Hari Akhir, maka sudah sepatutnyalah kita mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi doa sapu jagat, “Rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah,” sudah sangat sering disenandungkan.

photo
Seorang petani Palestina membawa kurma yang dipanen di ladang kurma di Kota Jericho, Tepi Barat, 01 September 2020. Kurma telah menjadi makanan yang stabil di Timur Tengah selama ribuan tahun. Para petani sekarang mulai menanam lebih banyak pohon kurma di Yerikho untuk meningkatkan produksi mereka lagi menyusul penurunan di tahun-tahun sebelumnya. - (EPA-EFE/ALAA BADARNEH)

Doa yang paling sering kita ba­ca ini menyiratkan betapa kebaikan itu bukan hanya di dunia, tapi juga akhirat. Namun, entah mengapa kita hanya fokus dan seringkali terjebak pada kenyamanan hidup di dunia saja.

Kisah dan ayat ini juga mengajarkan kepada kita untuk meraih kebaikan di Hari Akhir juga mesti diawali dari kebaikan di dunia. Kebaikan, dalam hal ini, berarti mengeluarkan sesuatu dari yang kita miliki untuk orang lain secara tulus (ikhlas) dan memberi manfaat bagi yang menerimanya. Jika kebaikan ini menjadi sifat seorang pemimpin, lalu diwujudkan dalam kebijakan politiknya, pasti rakyat akan mencintainya. Rakyat akan membela dan rela berkorban untuk pemimpinnya karena yakin yang akan dilakukan adalah untuk kebaikan masyarakat banyak.

Dan, inilah jalan menuju surga, puncak kebaikan di Hari Akhir. Tidak sebaliknya, menggadaikan kepentingan rakyat banyak untuk kepentingan dirinya dan sekelompok orang sekelilingnya sehingga rakyat sengsara karenanya. Wallahu a’lamu.

*Dosen STIT Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan Jatim

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/10/09/memilih-kebaikan-hari-akhir/

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement