Kamis 08 Oct 2020 23:34 WIB

Penyebab Majelis Ilmu Justru Bisa Datangkan Murka Allah SWT 

Allah SWT akan memberikan rahmat bagi majelis ilmu dan dzikir.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana majelis yang beradab. Majelis ilmu ibu-ibu. Ilustrasi
Foto:

Dijelaskan dalam surat al-Ahzab ayat 57 Allah berfirman: 

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasulnya Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat; dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan." 

Ibnu Hasan Bisry At-turjani menuturkan, berkaitan dengan ayat di atas dan sebab turunnya, berkenaan dengan Abdullah bin Ubay Bin salul dan pengikutnya, ketika memfitnah Aisyah ra Rasulullah SAW. Kemudian Rasullah berkutbah dan bersabda. "Siapa di antara orang-orang yang menyakitiku dengan jalan mencelaku dan mengumpulkan mereka di rumahnya," ayat ini ( QS Al-Ahzab-57) turun sebagai ancaman terhadap perbuatan keji mereka.

Pernah pula terjadi beberapa orang Yahudi berkata kepada Nabi SAW "Semoga kematian menimpamu wahai Abu qasim!" Maka Aisyah menimpalinya. "Kematian dan kehinaan justru atas dirimu."

Padahal mereka yang lebih layak menerima cercaan mereka sendiri  Meskipun begitu, Nabi SAW berkata kepada Aisyah, "Wahai Aisyah janganlah engkau menjadi orang yang suka berkata keji." 

Itulah akhlak baginda Rasulullah ketika itu beliau tidak pernah terpancing dengan olok-olok orang yang dengki kepadanya. Beliau tidak akan membalas cercaan yang dilontarkan kepadanya, sepanjang masih menyangkut tentang dirinya. "Namun jika berkenaan tentang kebenaran, maka beliau akan membelanya sampai kemenangan berpihak kepadanya," katanya. 

Akan tetapi kata Ibnu Hasan Bisry At-turjani, dewasa ini mencerca orang lain sudah dianggap lumrah, padahal mencerca orang lain bukanlah termasuk kebiasaan orang mukmin seperti yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang hanya karena kesamaran yang tidak tahu ujung pangkalnya. Tidak luput juga yang menjadi sasaran cercaan, yaitu para ulama dan orang-orang terhormat di kalangan mereka. 

Biasanya cercaan terlontar hanya karena prasangka mereka, atau karena menuruti hawa nafsu atau karena taqlid buta dan fanatisme terhadap guru atau karena sebab-sebab lain yang tidak hanya membutakan mata, tetapi juga membutakan mata hati yang ada di dalam dada. "Kalau sudah demikian apa lah jadinya, kebaikan apapun disodorkan bagi orang-orang pendengki tetaplah yang timbul kebencian adanya," katanya.   

Ibnu Hasan Bisry At-turjani mengatakan, oang-orang yang melemparkan tuduhan tuduhan keji dan menghujat para ulama yang mulia serta memvonis para ulama itu sebagai orang-orang yang sesat atau fasik jelas merupakan orang yang tidak memberikan kepada orang lain apa yang disukai dirinya sendiri. ni semua terjadi karena ia sendiri adalah bodoh.

Sebab, kata dia, hujatan dan laknatan yang ia lemparkan itu tidak akan dilakukan oleh orang-orang yang berilmu, apalagi diucapkan oleh ulama. Perbuatan keji yang serupa itu pastilah dilakukan oleh orang-orang bodoh yang mengaku pintar.  

Itulah rusaknya akal budi, apabila hawa nafsu diperturutkan, maka akan menjadi tunggangan syaitan. Oleh karena itu siapa saja yang memperturutkan hawa nafsu yang senantiasa mengajak kepada kemaksiatan dan kesesatan, niscaya sudah dipastikan ia menjadi gelap mata, sehingga orang semacam itu sudah diperbudak oleh hawa nafsu, bahkan akhirnya dijadikan sesembahannya. 

Maka orang semacam itu, kata Ibnu Hasan Bisry At-turjani, persis seperti yang Allah SWT firmankan dalam QS Al-Jatsiyah ayat 23: 

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

 

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah akan memberi petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat) maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement