REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Duka menyelimuti umat Muslim sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Di tengah hiruk pikuknya orang-orang mengenang dan menangisi kepergian Nabi, Sayyidina Abu Bakar mencoba memberikan nasihat tentang kematian sebagaimana dakwah yang pernah disampaikan Nabi.
Dalam kitab Muhammad Sang Teladan karya Abdurrahman As-Syarqawi dijelaskan, di tengah keramaian duka di kalangan umat kala itu, terdengar suara yang amat nyaring di telinga Sayyidina Abu Bakar: “Andaikata dia benar-benar Nabi, tentu dia tidak akan mati. Tapi kenyataannya, dia mati,”.
Dengan deraian air mata, Sayyidina Abu Bakar berdiri di tengah-tengah publik dan mengingatkan mereka dengan ajaran yang pernah disampaikan Nabi Muhammad. Sayyidina Abu Bakar mengutip ayat 30 Surah Az-Zumar: “Innaka mayyitun wa innahum mayyituna,”. Yang artinya: “Sesungguhnya kamu akan mati, dan sesungguhnya mereka akan mati pula,”.
Beliau juga mengutip ayat lainnya yakni dari Surah Ali Imran ayat 144 berbunyi: “Afa in maata aw qutila inqalabtum ala a’qabikum,”. Yang artinya: “Apakah jika Nabi meninggal atau terbunuh, kamu akan berbalik ke belakang (kembali menjadi kafir)?”.
Mendengar hal itu bahkan Sayyidina Umar bin Khattab baru tersadar, dan beliau berkata: “Demi Allah, aku seolah-olah tak pernah mendengar ayat-ayat itu sebelum ini,”. Selanjutnya, Sayyidina Umar tersungkur ke tanah dan menumpahkan seluruh kedukaan dan ratapannya sambil berkata: “Nabi Muhammad benar-benar telah pergi selamanya,”.
Tak sampai di situ, Sayyidina Abu Bakar juga melanjutkan kata-katanya: “Barangsiapa yang menyembang Nabi Muhammad, maka sesungguhnya beliau telah wafat. Akan tetapi, barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Mahahidup dan tidak akan pernah mati,”.