REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi Makkah sebelum Islam hadir dipenuhi dengan tradisi jahiliyah, salah satunya adalah budaya prostitusi serta mencampuradukkan antara kebatilan dengan perendahan kepada status perempuan.
Ketika Nabi datang dan berdakwah di Makkah, segala jenis penolakan pun datang. Meski tetap bersabar untuk terus berdakwah di Makkah, pada akhirnya Nabi diperintahkan Allah melakukan hijrah ke Madinah. Pada fase inilah dakwah Nabi lambat laun bertumbuh sehingga kekuatan Islam pun semakin kuat.
Dalam kitab Muhammad Sang Teladan karya Abdurrahman As-Syarqawi dijelaskan, ketika Islam di Madinah semakin tumbuh, orang-orang tertindas di Makkah dilarang berkontak dengan Nabi oleh kaum kafir Quraisy. Meski demikian, orang-orang yang mendapatkan kehinaan di Makkah dari kaum Quraisy tak henti-hentinya membela Nabi.
Nabi Muhammad telah mendapat tempat di sisi rakyat Makkah. Bahkan, para perempuan Makkah yang hidupnya menjadi penyemarak kehidupan malam dan menjual tubuhnya pun sejatinya mendambakan kehidupan yang lebih baik.
Mereka percaya, apa yang digaungkan Nabi adalah tentang kebenaran. Sehingga mereka sangat mendambakan kehidupan lebih baik, bersih, suci, dan dengan raut wajah yang berseri-seri sebagaimana kehidupan yang dijalankan kaum Muslimah. Para perempuan malam di Makkah ini berharap dapat masuk Islam dan masuk ke dalam suatu komunitas yang menghargai posisinya sebagai perempuan.