REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Nabi Uzair alaihissalam, merupakan salah satu nabi, menurut mayoritas ulama. Dalam kepercayaan Yahudi Uzair yang hidup antara masa Raja Sulaiman dan Zakariya, dianggap sebagai putra Allah SWT.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?”
JAKARTA – Dalam hadits nabi disebutkan bahwa jumlah nabi itu sebanyak 124 ribu orang dan jumlah rasul sebanyak 313 orang. Diantara nabi-nabi Allah yang mungkin belum banyak diketahui orang adalah Nabi Uzair.
Bahkan, tidak sedikit ulama yang meragukan kenabian dan kerasulannya. Kendati, ada juga sekelompok ulama yang menganggapnya sebagai seorang nabi. Lalu apa yang diwahyukan Allah kepada Nabi Uzair?
Salah satu yang diwahyukan Allah kepada Nabi Uzair telah dijelaskan dalam kitab yang ditulis ulama nusantara yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram, yaitu Syekh Nawawi Al-Bantani. Ulama kelahiran Banten ini mengungkapkan sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Allah telah berfirman kepada Nabi Uzair:
اوحي الله تعالي الي عزير النبي فقال عز وجل يا عزير اذا اذنبت ذنبا صغيرا فلا تنظر الي صغره(اي ذلك ذنب) وانظر الي من اذنبت له واذا اصابك خير يسير فلا تنظر الي صغره (اي ذلك الخير) وانظر الي من رزقك (اي من ساق ذلك الخير اليك) واذا اصابك بلية فلا تشكوني الي خلقي كما لا اشكوك الي ملائكتي اذا صعدت الي مساويك (اي عيوبك).
“Wahai Uzair, jika engkau melakukan dosa kecil, maka janganlah engkau melihat kecilnya dosa, tapi lihatlah kepada Dzat yang engkau durhakai.
Jika engkau memperoleh sedikit kebaikan, janganlah engkau melihat kecilnya kebaikan itu, tetapi lihatlah kepada Dzat yang telah memberikan rezeki itu kepadamu (Dzat yang menuntun rezeki hingga sampai kepadamu).
Jika engkau tertimpa musibah, maka janganlah engkau mengadukan Aku kepada makhluk-Ku, sebab Aku juga tidak pernah mengadukanmu kepada para malaikat-Ku ketika engkau berbuat maksiat kepada-Ku (mengadukan aib-aibmu).”
Syekh Nawawi kemudian mengutip perkataan Imam Ibn ‘Uyainah:
“Orang yang mengeluh kepada orang lain, namun hatinya mampu bersabar dan ridha menerima semua ketetapann Allah, maka orang itu tidak dikatakan berkeluh kesah, sebab pernah ketika malaikat Jibril bertanya pada Nabi Muhammad: ‘Apa yang engkau rasakan?’ Nabi Muhammad yang saat itu sedang sakit menjelang wafatnya menjawab, ‘Wahai Jibril, aku sedang tertimpa kecemasan dan kesusahan’.”
Adapun kisah lengkap Uzairsendiri telah disebutkan dalam Alquran surat Al-Baqarah [2]: 259:
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَٰذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ ۖ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Sementara itu Ibnu Katsir dalam tafsirnya di Qishash al-'Anbiyaa` menyatakan, para ulama berselisih pendapat tentang orang tersebut, apakah Uzair, Khidir, atau Armiya bin Khalqiya. Namun, banyak pula yang menyatakan bahwa Uzair bukan nabi.
Namun, menurut Ibnu Katsir, pendapat yang masyhur menyatakan bahwa Uzair adalah seorang nabi yang diutus Allah kepada Bani Israil. Ketika itu, di tengah-tengah Bani Israil tak ada seorang pun yang hafal Taurat, lalu Allah memberi ilham padanya untuk menghafal Taurat dan mengajarkannya pada Bani Israil.