Ahad 27 Sep 2020 05:03 WIB

Doa yang Bisa Dipanjatkan Calon Pemimpin dan Penguasa

Membaca doa ini agar selalu ingat jabatan bisa dicabut sewaktu-waktu oleh Allah.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Doa yang Bisa Dipanjatkan Calon Pemimpin dan Penguasa
Foto: Thoudy Badai/Republika
Doa yang Bisa Dipanjatkan Calon Pemimpin dan Penguasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang Muslim diajarkan memulai setiap kegiatan dengan niat dan tujuan yang baik. Tidak terkecuali saat hendak mengajukan diri sebagai pemimpin yang akan melayani masyarakat.

Pilkada serentak yang akan digelar Desember mendatang tentu perlu dimulai dengan niat, tujuan, dan doa yang dipanjatkan sebelum memulai tiap tahapan. Salah satu doa yang perlu dibaca adalah seperti yang tertulis di Surat Ali Imran ayat 26. 

Baca Juga

Ayat yang ada di dalam surat ini juga bisa senantiasa dibaca para pejabat yang sudah terlebih dahulu terpilih. Hal ini agar bisa selalu mengingat jabatan hingga harta yang dimiliki adalah karena kehendak Allah yang bisa sewaktu-waktu dicabut.

 ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

"Qulillāhumma mālikal-mulki tu`til-mulka man tasyā`u wa tanzi'ul-mulka mim man tasyā`u wa tu'izzu man tasyā`u wa tużillu man tasyā`, biyadikal-khaīr, innaka 'alā kulli syai`ing qadīr."

Artinya: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, engkau berikan kerajaan kepada orang yang engkau kehendaki dan engkau cabut kerajaan dari orang yang engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang engkau kehendaki dan engkau hinakan orang yang engkau kehendaki. Di tangan engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Menurut Tafsir as-Sa'di dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, ayat ini mengandung isyarat bahwa Allah akan mencabut kekuasaan para kisra dan kaisar serta kekuasaan orang-orang yang mengikuti jejak mereka, dan akan memberikan kekuasaan itu kepada umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan hal itu telah terjadi.

Oleh karena itu, memperoleh kekuasaan atau tercabutnya kekuasaan mengikuti kehendak Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Namun yang demikian, tidaklah menafikan sunnatullah, berupa sebab-sebab kauniyyah (di alam semesta) dan diniyyah (agama) yang menjadi sebab tetapnya kerajaan, memperolehnya kerajaan, atau sebab hilangnya kerajaan. 

Semua itu terjadi dengan kehendak Allah, sebab segala sesuatu tidak terjadi sendiri. Bahkan semua sebab mengikuti qadha' dan qadar Allah. Di antara sebab yang dijadikan Allah dalam memperoleh kekuasaan adalah iman dan amal shalih, bersatunya kaum muslimin, memiliki persiapan yang matang, sabar, dan tidak berpecah belah. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement