REPUBLIKA.CO.ID,
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم بَعْدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS Al-Baqarah [2]: 120).
Tafsir terhadap ayat di atas banyak dikemukakan ulama klasik ataupun kontemporer. Di antara tafsir atas ayat tersebut sebagaimana disampaikan Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di dan dalam kitab tafsirnya. Dia menjelaskan demikian:
Makna kata:
{ مِلَّتَهُمۡۗ } millatahum : Agama yang mereka anut, baik Yahudi atau Nasrani.
{ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ } qul inna hudallahi: al-Huda maknanya ada petunjuk, yang dimaksud di sini adalah agama Islam yang mana Allah turunkan kitab-Nya dan mengutus rasul-Nya. Bukan ajaran dan ritual yang dibuat-buat oleh kaum Yahudi dan Nasrani itu.
{ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ } min waliyyin walaa nashiir : al-Waliy maknanya adalah orang yang mengurusi urusan anda, sedangkan an-Nashiir adalah orang yang melindungi anda dari gangguan.
Makna ayat:
Ayat-ayat ini masih membicarakan mengenai ahli kitab dengan menyingkap aib-aib yang mereka miliki, serta mengajak mereka kepada petunjuk, andai saja mereka memang menginginkannya.
Pada ayat 120 ini Allah SWT memberitahukan kepada Rasul-Nya dan umat yang mengikutinya, bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridha kepada mereka sampai orang-orang muslim mengikuti agama Yahudi atau Nasrani.
Pada ayat ini disebutkan larangan agar tidak mengikuti mereka (Yahudi dan Nasrani), kemudian Allah SWT memerintahkan rasul-Nya agar memberitahukan umatnya bahwa hidayah yang sesungguhnya adalah hidayah milik Allah, yaitu agama Islam dan bukan agama Yahudi atau Nasrani.
Karena dua agama sudah penuh dengan ajaran melenceng yang dibuat-buat oleh para rahib dan pendeta yang tamak lagi mengikuti hawa nafsunya. Lantas Allah SWT memperingatkan Rasul dan hamba-Nya agar tidak mengikuti orang-orang Yahudi dan Nasrani setelah datangnya ilmu dan kenikmatan yang sempurna, yaitu agama Islam. Allah SWT berfirman:
وَلَئِنِ ٱتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم بَعْدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
“Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Pelajaran:
• Kaum Muslimin tidak akan pernah mendapatkan keridhaan dari Yahudi dan Nasrani, kecuali mau kafir terhadap agama Islam dan mengikuti agama mereka yang batil. Hal ini tidak boleh dilakukan seorang Muslim, oleh karena itu meminta keridhaan Yahudi dan Nasrani hukumnya haram untuk selamanya.
• Tidak ada agama yang benar kecuali agama Islam. Maka tidak selayaknya untuk mencari agama selain Islam walau hanya satu kali pun.
• Barangsiapa yang berwala’ (berloyalitas) terhadap Yahudi dan Nasrani dengan mengikuti kebatilan mereka, akan kehilangan loyalitas dari Allah dan tidak akan mendapat pertolongan dari-Nya
Sementara itu, Syekh Muhammad bin Shalih Asy-Syawi, dalam kitab tafsirnya An-Nafahat Al-Makkiyah, menjelaskan Alla SWT mengabarkan kepada Rasul-Nya bahwasa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka, karena mereka adalah penyeru-penyeru kepada agama yang mereka anut yang mereka anggap sebagai petunjuk, maka katakanlah kepada mereka:
“Sesungguhnya petunjuk Allah “ yang kamu (Muhammad) diutus dengannya, “itulah petunjuk (yang benar).” sedangkan apa yang kalian anut hanyalah hawa nafsu belaka, dengan dalil firman Allah: “Dan sungguh jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Dia menjelaskan, dalam ayat ini sebuah larangan yang keras untuk mengikuti hawa nafsu orang-orang Yahudi dan Nasrani dan larangan menyerupai mereka dalam perkara yang menjadi kekhususan agama mereka. Perkataan ini walaupun ditujukan kepada Rasulullah, namun umat beliau juga termasuk di dalamnya, karena yang dijadikan pedoman adalah keumuman lafazh, bukan kekhususan sebabnya.
Sumber: https://tafsirweb.com/550-quran-surat-al-baqarah-ayat-120.html