REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdoa menjadi satu keniscayaan dalam menjalani kehidupan di dunia. Salah satu doa terbaik yang bisa diamalkan umat Islam adalah doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim ketika selesai membangun ka'bah di tanah suci Makkah.
Doa nabi Ibrahim ini diabadikan dalam Alqu'an, tepatnya dalam surat Al-Baqarah ayat 127-128:
رَبَّنَا تََقبَّلْ مِنَّا ِإنَّكَ َأنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ رَبَّنَا وَاجْعَْلنَا مُسْلِمَيْ ِ ن َلكَ وَمِن ُذرِّيَّتِنَا أُمًَّة مُّسْلِمًَة لَّكَ
وََأ ِ رنَا مَنَاسِ َ كنَا وَتُبْ عََليْنَآ ِإنَّكَ َأنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Rabbanaa taqqabal minnaa innaka antas sami’ul ‘aliim. Rabbannaa waj’alna muslimaini laka wa min dzuriyyatinaa umatan muslimatan laka wa arinaa manasikanaa wa tub ‘alainaa innaka antat tawwabur rahiim."
“Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS.Al-Baqarah [2]: 127-128)
Dikutip dari tafsir Tahlili terbitkan Alquran Kementerian Agama, ayat 127 dalam surat Al-Baqarah itu dapat dipahami yang membangun Baitullah ialah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Tujuannya beribadah kepada Allah bukan untuk yang lain, sebagai peringatan bagi dirinya, yang akan diingat-ingat oleh anak cucunya di kemudian hari.
Setelah Ibrahim dan Ismail selesai meletakkan fondasi Ka‘bah, mereka berdua berdoa: Terimalah dari kami , (maksudnya ialah terimalah amal kami sebagai amal yang saleh, ridailah dan berilah pahala ...) Allah Maha Mendengar (maksudnya: Allah Maha Mendengar doa kami), dan Allah Maha Mengetahui (maksudnya: Allah Maha Mengetahui niat-niat dan maksud kami membangun dan mendirikan Ka‘bah ini).
Dari ayat di atas dapat diambil hukum bahwa sunah hukumnya berdoa dan menyerahkan semua amal kita kepada Allah apabila telah selesai mengerjakannya. Dengan penyerahan itu berarti tugas seorang hamba ialah mengerjakan amal-amal yang saleh karena Allah, dan Allah-lah yang berhak menilai amal itu dan memberinya pahala sesuai dengan penilaian-Nya.
Dari ayat di atas juga dapat dimengerti Ibrahim a.s. dan putranya, Ismail a.s., berdoa kepada Allah setelah selesai mengerjakan amal yang saleh dengan niat dan maksud perbuatan itu semata-mata dilakukan dan dikerjakan karena Allah. Karena sifat dan bentuk perbuatan yang dikerjakannya itu diyakini sesuai dengan perintah Allah, maka ayah dan anak itu yakin pula amalnya itu pasti diterima Allah.
Hal ini berarti segala macam doa yang dipanjatkan kepada Allah yang sifat, bentuk dan tujuannya sama dengan yang dilakukan oleh Ibrahim a.s. dengan putranya, pasti diterima Allah pula dan pasti diberi pahala yang baik dari sisi-Nya. Pada ayat 128 Surat Al-Baqarah, Nabi Ibrahim a.s.kemudian melanjutkan doanya, agar keturunannya menjadi umat yang tunduk dan patuh kepada Allah.
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang."