REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peperangan bukan perkara asing bagi Rasulullah dan para sahabat di kalangan laki-laki maupun perempuan. Bahkan Rasulullah tidak pernah absen ikut perang bersama para sahabatnya untuk memukul mundur musuh-musuh Allah yang ingin meruntuhkan ajaran Islam.
Perang yang terjadi di jaman Rasulullah SAW terbagi dua yakni perang gazwah dan sariyyah. Gazwah adalah perang yang dipimpin oleh Rasulullah langsung sementara sariyyah perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjukan Rasulullah SAW.
Sesuai masa dan tujuannya perang juga memiliki nama, ada beberapa nama perang yang dipimpin Rasulullah, yaitu di antaranya perang Uhud, Khandaq, Khaibar, Mu'tah, Penaklukan Kota Mekkah/al-Makkah, Hunain, Ta'if, Tabuk, dan Widan.
Dari beberapa perang itu Rasulullah selalu mendapatkan pendampingan dari para sahabatnya untuk melindungi agar anak panah atau senjata yang digunakan untuk perang menembus dada Rasulullah tak mengenainya. Sahabat yang melindungi Rasulullah ketika perang bukan hanya sahabat dari kaum laki-laki, kaum wanita juga rela menaruhkan nyawanya demi melindungi Rasulullah dari bahaya peperangan meski Rasulullah telah mendapatkan jaminan dari Allah tidak akan pupus di medan perang.
Wanita yang melindungi Rasulullah SAW saat perang ialah Ummu Imarah. Ummu adalah seorang wanita dari Bani Mazin an-Najar satu-satunya wanita pada saat perang Uhud (Syakban 3 Hijriah) yang mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan Rasulullah SAW.
Perang Uhud terjadi di Bukit Uhud yang dilatarbelakangi kekalahan kaum Quraisy pada perang Badar, sehingga timbul keinginan untuk membalas dendam kepada kaum muslim. Perang Uhud dimulai dengan perang tanding yang dimenangkan tentara Islam tetapi kemenangan tersebut digagalkan oleh godaan harta.
"Pada akhirnya tentara Islam menjadi terjepit dan porak-poranda, sehingga seperti diriwayatkan Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh," kata Teguh Pramono dalam bukunya 100 Muslim Terhebat Sepanjang Masa, Inspirasi Para Muslim yang Dicatat dengan Tinta Emas Sejarah.
Teguh menuliskan, setelah mengetahui Rasulullah terkena senjata musuh, Ummu Imarah hadir dengan cekatan, menghadang senjata-senjata yang akan mengerah ke Rasulullah dengan menggunakan pedangnya. Begitu semangatnya melindungi Rasulullah pukulan dari musuh Allah bernama Ibnu Qami'ah menyebabkan 13 luka di tubuhnya tidak dirasakannya.
Dengan pertolongan dan kekuatan Allah Ummu Imarah mampu menahan 13 luka yang bersarang di beberapa bagian tubuhnya. Dalam perjalanan ke Hamraul Asad seperti diperintahkan Rasulullah SAW.
Ummu Imarah tidak menghiraukan luka yang ada di sekujur tubuhnya, sangkin kuatnya Ummu Imarah hanya mengikat luka tersebut dengan bajunya, tetapi darah tetap mengucur di beberapa luka.
Tentang kejadian Perang Uhud, Ummu Imarah bercerita. "Aku melihat orang-orang sudah menjauhi Rasulullah SAW. hingga tinggal sekelompok kecil yang tidak sampai dari bilangan sepuluh orang," katanya.
Untuk itu kata Ummu Imarah, dia bersama kedua anaknya bernama Abdullah dan Hubaib hasil pernikahannya dengan Ghaziyah bin Amru, langsung mendekat kepada Rasulullah agar tidak ada senjata yang melintas dibadan Rasulullah.
Beliau (Nabi Muhammad) kata Ummu Imarah melihatnya tidak memiliki perisai. Di sisi lain, Nabi Muhammad juga melihat ada seorang laki-laki yang merunduk sambil membawa perisai.
Untuk itu Nabi Muhammad berkata," Berikanlah perisaimu kepada yang sedang berperang! Lantas, laki-laki itu melemparkan perisainya kepadaku (Ummu Imarah)," ceritanya.
Lanjut Ummu Imarah menceritakan setelah mendapat perisai dari sahabat lain, Ummu Imarah langsung menggunakannya untuk membunuh musuh Allah yang hendak mendekat kepada Nabi Muhammad. Ketika itu pasukan berkuda dari pihah musuh menyerang Nabi Muhammad yang ada di belakang Ummu Imarah.
"Seadainya mereka berjalan Insya Allah kami dapat mengalahkan mereka dengan mudah," kata Ummu Imarah.
Masih dikisahkan Ummu Imarah, tatkala ada seorang musuh Allah berkuda mendekat dan memukulnya, Ummu Imarah berhasil menangkisnya dan musuh Allah pun tidak bisa berbuat apa-apa, ketika musuh Allah itu hendak merunduk untuk untuk memukulkan pedangnya.
"Untuk itu aku segera memukul urat kaki kudanya hingga jatuh terguling," katanya.
Melihat hal itu, Rasulullah SAW, berseru. "Wahai putra Ummu Imarah! Bantulah ibumu...! bantulah ibumu..! "Selanjutnya, putraku membantuku untuk mengalahkan musuh hingga berhasil membunuhnya,"
Abdullah bin Zaid, salah seorang putra Ummu Imarah, bercerita, saat itu dirinya terluka cukup parah dan darah tidak berhenti mengalir maka Rasulullah SAW berkata. "Balutlah lukamu! Ketika itu, Ummu Imarah sedang menghadapi musuh,"
Tatkala mendengar seruan Rasulullah SAW, ibu menghampiriku dengan membawa pembalut dari ikat pinggangnya. "Lantas dibalutlah lukaku sedangkan Rasulullah SAW berdiri menyaksikan kami,"
Ketika itu kata Abdullah bin Zaid, ibunya mengajaknya untuk segera bangkit dan melanjutkan melawan musuh Allah dan hal itu membuat Rasulullah memuji ibunya. Saat Rasulullah berbicara dengan Ummu Imarah dan putranya, datanglah musuh Allah yang melukian Abdullah bin Zaid, maka Rasulullah berkata. "Inilah orangnya yang melukai putramu Wahai Ummu Imarah."
Mendengarkan hal itu, Ummu Imarah langsung memukul betis hingga tersungkur. Rasulullah SAW tersenyum melihat yang dilakukan oleh Ummu Imarah hingga kelihat gigi grahammnya.
"Engkau telah menghukumnya, wahai Ummu Imarah,"
Selain pada Perang Uhud, Ummu Imarah juga ikut dalam bai'atur ridwan bersama Rasulullah SAW dalam perang Hudaibiyah. Ia juga ikut serta dalam perang Hunain.
Ketika Rasulullah , ada beberapa kabilah yang murtad dari Islam di bawah pimpinan Musailmah al-Kadzab. Khalifah Abu Bakar ash-Shidddiq kemudian mengambil keputusan untuk memerangi orang-orang yang murtad.
Saat itulah Ummu Imarah mendatangi Abu Bakar dan meminta izin untuk bergabung bersama pasukan yang akan memerangi orang-orang murtad tersebut. Abu Bakar ash Shiddik berkata.
"Sungguh aku telah mengakui peranmu di dalam perang Islam, maka berangkatkan dengan nama Allah."
Setelah kematian putra keduanya, bernama Hubaib bin Zaid bin Ashim dari tangan Musailamah al-Kadzab dengan cara dicincang. Ummu Imarah ikut perang Yamamah bersama putranya yang lain, yaitu Abdullah. Keduanya bertekan untuk dapat membunuh Musailamah dengan tangannya sendiri sebagai pembalasan atas kematian putrnya Hubaib.
Musailamah akhirnya tewas, namun bukan di tangan Ummu Imarah tetapi tewas oleh putrnya yang lain bernama Abdullah, yang bekerja sama dengan Wahsyi bin Harb. Tatkala mengetahui hal itu, Ummu Imarah bersujud syukur kepada Allah.
Ummu Imarah kemudian pulang dari peperang dengan membawa 12 luka di tubuhnya, Tak hanya itu ia juga kehilangan satu tangannya dan anaknya yang terakhir yaitu Abdullah.