Sabtu 05 Sep 2020 04:17 WIB

Ketika Goethe Kagum pada Nabi Muhammad

Nabi Muhammad mencontohkan sikap toleransi dan tidak mudah marah meski disakiti.

Rep: umar mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Ketika Goethe Kagum pada Nabi Muhammad
Foto:

Dengan pertolongan Allah SWT dan ketabahannya serta para sahabatnya di Madinah dan menjunjung tinggi dakwah Islam, mereka akhirnya menaklukkan Makkah. Para pemimpinnya mendatanginya karena takut dibunuh seperti yang dilakukan semua penakluk. Tetapi yang terjadi sebaliknya. Rasulullah SAW berkata, "Pergilah! Kalian semua bebas!" (Dishahihkan Al-Albani).

Belas kasih dan toleransi Nabi Muhammad tidak menyingkirkan musuh-musuhnya yang lebih jahat. Toleransi seperti itu membuat kagum musuh-musuhnya yang sekarang menjadi Muslim baru. Hasil akhirnya adalah sejarah yang jelas yang tercatat hingga hari ini. Pesan Islam menyebar ke seluruh dunia, termasuk di urutan kelima dari populasi global.

Nabi Muhammad SAW membentuk hidupnya sendiri sesuai dengan pola hidup ideal yang ia hadirkan kepada orang lain melalui Alquran yang diturunkan kepadanya oleh Allah SWT. Dia tidak pernah memukuli seorang pelayan, atau seorang wanita, atau siapapun. Dia, tentu saja, memperjuangkan apa yang benar. Ketika dia harus memilih di antara dua alternatif, dia akan mengambil jalan yang lebih mudah, asalkan tidak ada dosa.

Tidak ada yang lebih berhati-hati untuk menghindari dosa daripada dia. Dia tidak pernah membalas dendam atas dirinya sendiri atas kesalahan yang dilakukan padanya secara pribadi. Dia toleran. Hanya jika perintah Allah telah dilanggar barulah dia akan membayar ganjaran demi Allah SWT. Tingkah laku seperti itulah yang membuat Nabi dihormati secara universal.

Para ulama lebih lanjut menjelaskan tentang Alquran sebagai karakternya: "Apa artinya ini adalah bahwa dia mengikuti tata cara yang sopan santun dan mengadopsi sikapnya. Apa pun yang dipuji dalam Alquran, dia senang, dan apa pun yang dikutuk dalam Alquran, dia benci. Dikatakan dalam salah satu laporan bahwa Aisyah berkata, "Sikapnya adalah Alquran." (Ibn rajab dalam Jaami 'al-'Uloom wa'l-Hukam (1/148))

Sebagian orang mungkin menganggap Muhammad sebagai Nabi terakhir dan utusan bagi umat manusia, serta tidak ada orang lain yang bisa seperti dia. Ini benar karena tidak ada yang harus memikul sebagian kecil dari tanggung jawab yang harus dia tanggung.

Kita sebagai pengikutnya, memiliki bagian yang mudah yaitu mencari dan mengadopsi kualitas lembut dan standar moral yang tinggi ke dalam praktik sehari-hari. Karena kehidupan Nabi dipilih secara ilahi untuk berfungsi sebagai pedoman praktis tentang bagaimana seseorang harus memperbaiki dirinya sendiri. Karakter dan kualitas Nabi Muhammad tidak hanya untuk diikuti oleh umat Islam, tetapi para pencari ikhlas yang belajar tentang dia, memuji akhlak mulia dan ingin mengikutinya.

Goethe, seorang penulis, seniman, dan politikus Jerman terkenal pada tahun 1800-an, mengagumi pencapaian dan status Nabi Muhammad SAW. Dia sendiri mengatakan, "Kami orang Eropa dengan semua konsep dan ide kami belum mencapai apa yang dicapai Muhammad, dan tidak ada yang akan melampaui dia."

Saya mencari dalam sejarah tentang teladan paling tinggi untuk diikuti manusia. Dan saya menemukannya dalam Nabi Muhammad. Dengan begitu kebenaran harus menang dan menjadi yang tertinggi, karena Nabi Muhammad berhasil menaklukkan seluruh dunia melalui pesan Keesaan Ilahi."

 

Sumber: https://aboutislam.net/reading-islam/about-muhammad/prophet-muhammad-master-tolerance/

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement