Sabtu 29 Aug 2020 04:11 WIB

Kisah Tenaga Dalam Syaikhona Kholil Bangkalan Saat Perang

Syaikhona Kholil mengisi tenaga dalam untuk para pejuang.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Tenaga Dalam Syaikhona Kholil Bangkalan Saat Perang. Foto ilustrasi: pendekar pencak silat (ilustrasi)
Foto: www.anak-harimau.at
Kisah Tenaga Dalam Syaikhona Kholil Bangkalan Saat Perang. Foto ilustrasi: pendekar pencak silat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MADURA -- Kehidupan Syaikhona Kholil al-Bangkalani tidak lepas dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Kiai Kholil melakukan perlawan terhadap para penjajah di zaman kolonial dengan caranya sendiri.

Dalam buku “99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib”, KH A. Aziz Masyhuri menjelaskan, dalam melawan penjajah Kiai Kholil tidak melakukan perlawan secara terbuka tetapi ia lebih banyak berada di belakang layar.

Baca Juga

Misalnya, Kiai Kholil tak segan memberi suwuk, yaitu mengisi kekuatan batin atau tenaga dalam kepada para pejuang. Kiai Kholil juga tak keberatan pesantrennya dijadikan sebagai tempat bersembunyi para pejuang.

Namun, menurut Kiai Aziz Masyhuri, cara utama yang dilakukan Kiai Kholil untuk melawan penjajah adalah melalui bidang pendidikan. Melalui jalur ini, Kiai Kholil menyiapkan pemimpin yang berilmu, berwawasan, tangguh, dan berintegritas tinggi, baik kepada agama maupun bangsa.

Syaikhona Kholil merupakan seorang ulama asal Madura yang hidup pada 1820 sampai 1925. Beliau lahir pada Hari Selasa 11 Jumada ats-Tsaniyah 1235 H/1820 M di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur.

Kiai Kholil berasal dari keluarga ulama dan keturunan wali sembilan. Ayahnya, Kiai Abdul Latif mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Para ulama nusantara kebanyakan pernah menjadi santri Kiai Kholil, termasuk pendiri Nahdlul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement