Ahad 19 Apr 2020 05:54 WIB

Kisah KH Syamrul Arifin Saat Menjadi Santri Syaikhona Kholil

KH Syamsul Arifin menunjukkan keistimewaanya saat menjadi santri Syaikhona Kholil.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Kisah KH Syamrul Arifin Saat Menjadi Santri Syaikhona Kholil. Foto Ilustrasi: Perwakilan dari keluarga Kyai Haji Raden Asad Syamsul Arifin menerima piagam pahlawan nasional dari Presiden Joko Widodo pada acara penganugerahan Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/11).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kisah KH Syamrul Arifin Saat Menjadi Santri Syaikhona Kholil. Foto Ilustrasi: Perwakilan dari keluarga Kyai Haji Raden Asad Syamsul Arifin menerima piagam pahlawan nasional dari Presiden Joko Widodo pada acara penganugerahan Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, KHR Syamsul Arifin telah menunjukkan keistimewaannya sejak menjadi santri Syaikhona Kholil Bangkalan di Madura. Keistimewaan yang dimaksud tersebut berkait erat dengan sifat kepasrahannya terhadap Allah swt, serta selalu sabar dalam mengabdi kepada sang guru

Dalam buku KHR As’ad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya, Syamsul A. Hasan menjelaskan, suatu saat keistimewaannya itu dibuktikan dalam bentuk ketulusan membela sang guru, meski ia harus masuk penjara.

Baca Juga

Ceritanya, suatu ketika seekor kuda peliharaan Syakhona Kholil lepas dari kandangnya. Lalu, kuda itu masuk pekarangan milik seorang pejabat dan merusak tanaman yang ada di dalamnya. Kejadian itu pun dibawa sampai ke pengadilan.

Sebagai seorang santri yang taat terhadap guru, Kiai Syamsul pun tanpa ragu-ragu maju ke sidang pengadilan mewakili Syaikhona Kholil sampai akhirnya Kiai Syamsul dipenjara. Namun, kejadian itu justru membuat hubungan Kiai Syamsul dengan gurunya semakin dekat dan tidak hanya sebatas hubungan antara seorang kiai dan santri.

Karena memiliki hubungan dekat dengan gurunya, setelah menjalani proses persidangan Kiai Syamsul pun diajak Syaikhona Kholil pergi ke tanah suci Makkah. Namun, keberangkatan keduanya ke Makkah tidak melalui proses yang normal, melainkan dibarengi dengan keistimewaan yang dimiliki sang guru.

Dalam bukunya, Syamsul A. Hasan menceritakan kejadian yang di luar nalar manusia tersebut. Suatu hari, ketika memasuki waktu ashar, Kiai Syamsul diajak oleh Syaikhona Kholil ke pinggir pantai. Sang guru kemudian menyuruh Kiai Syamsul untuk mencari kerucut, yaitu sampan yang biasa digunakan untuk menangkap ikan.

Sampan tersebut akan digunakan Syaikhona Kholil untuk pergi ke tanah suci Makkah. Awalnya, di hati kecil Kiai Syamsul ragu bisa sampai ke Makkah hanya dengan menggunakan sampan tersebut. Namun, ternyata keduanya benar-benar bisa sampai ke Makkah hanya dalam waktu sekejap.

Kiai Syamsul pun terheran-heran dengan keistimewaan gurunya tersebut. Setiba di tanah suci, ia pun segera diajak oleh gurunya untuk menunaikan  shalat Ashar di Masjidil Haram. Menurut sahibul hikayah yang memperoleh cerita langsung dari almarhum Kiai Syamsul, ternyata kejadian seperti itu tidak sekali dua kali saja dilakukan Syakhona Kholil, tapi hampir sudah menjadi kebiasaan rutin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement