Kamis 27 Aug 2020 08:10 WIB

Ibn Al-Haytham: Bapak Optika Modern

Ibn Al-Haytham menemukan konsep camera obscura yang menjadi dasar fotografi.

Ibn Al-Haytham: Bapak Optika Modern
Foto: wikipedia
Ibn Al-Haytham: Bapak Optika Modern

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Optika tidak dapat dipisahkan dari cahaya. Ilmuwan teori tentang cahaya yang dikenal selama ini adalah para ilmuwan Barat, seperti Rene Decartes (1596–650) yang mempublikasikan model (fenomena) cahaya. Ia mempengaruhi ide-ide Isaac Newton (1643–1727) hingga dihasilkan teori partikel cahaya.

Ilmuwan Belanda yang sezaman dengan Newton, Cristian Huygens (1629–1695) membangkitkan kembali teori impuls cahaya Decartes dan dihasilkan teori gelombang cahaya yang dikenal dengan prinsip Huygens. Pada 1801, Thomas Young (1773–1829) dan rekannya, Augustin Fresnel (1788–1827) menghidupkan kembali teori gelombang cahaya Huygens.

Baca Juga

Penting diketahui 500 tahun sebelumnya telah ada ilmuwan Muslim yang memberikan kontribusi penting untuk memahami penglihatan (vision), optik (optics), dan cahaya (light). Dia adalah Abu Ali al-Hasan Ibn al-Haytham, ilmuwan yang lahir di Basra pertengahan abad ke-10, tepatnya 965 M/354 H.

Al-Haytham dikenal dengan nama al-Basri (berasal dari kata Basra) dan al-Misri karena ia dikenal juga sebagai ilmuwan dari Mesir. Dunia Barat mengenalnya dengan Alhacen (dari namanya al-Hasan) dan terakhir dikenal dengan nama Alhazen.

Riwayat Al-Haytham

Awal pendidikan al-Haytham dimulai di Basra. Perkembangan dirinya tidak lepas dari keluarganya yang akrab dengan dunia ilmu pengetahuan.

Ayahnya adalah seorang pegawai pemerintah di Basra. Oleh karena itu, pendidikan al-Haytham kecil sangat diperhatikan untuk memperoleh yang terbaik, terutama sains.

Apalagi pada saat itu adalah masa kejayaan peradaban Islam. Segala bidang pengetahuan berkembang pesat di antaranya sains, kedokteran, maupun pendidikan.

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement