REPUBLIKA.CO.ID, Abad ke-13 M merupakan akhir dari pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Setelah itu kekacauan demi kekacauan terjadi dalam Islam.
Di antara kekacauan itu adalah penjajahan bangsa Mongolia terhadap Islam pada 1218-1268 M dan meletusnya perang salib Konstatinopel Bizantium pada 1204. Disusul Imprelialisme Prancis atas Timur Tengah pada 19 Mei 1798 yang dipimpin Napoleon Bonaparte dengan membawa 38 ribu prajurit dan 400 kapal.
Napoleon mendaratkan 4.300 prajurit di Alexandria untuk merebut kota tersebut. Napoleon membangun kerajaan di Mesir, kemudian ia membawa kaum intelektual serta membangun sebuah perpustakaan yang penuh dengan literatur Eropa modern, dan sebuah mesin cetak berhuruf Arab (Karen Amstrong:2002).
Selain melalui penjajahan, bangsa Barat juga banyak menerjemahkan buku-buku ilmuwan Islam seperti karya Ar Razi, Jabir, Ibnu Sina, dan lain-lain.
Sebagaimana ilmuwan Islam terdahulu, sewaktu mengadopsi ilmu pengetahuan dari peradaban kuno, ilmuwan Barat pun ketika mengadopsi ilmu pengetahuan dari Islam tidak serta-merta mengambil keseluruhan Ilmu Islam.
Mereka tidak menjadikan filsafat Ibnu Rusyd sebagai pegangan, akan tetapi mereka menjadikan Ibnu Rusyd sebagai pen-syarah dari filsafat Aristoteles. Sehingga yang diambil bukan filsafat Ibnu Rusyd yang penuh ajaran Islam akan tetapi mereka mengambil ajaran Aristoteles itu sendiri.
Almarhum Muhammad Imarah dalam bukunya Ghazwul Fikri, menyebutkan bahwa, ada beberapa ajaran Islam yang tidak diadopsi oleh Barat ketika mereka mempelajari sains Islam.
Di antaranya, pertama, Barat tidak mengadopsi ajaran Islam yang memadukan syariat Islam dengan kehidupan dunia. Mereka memisahkan dunia dari agama. Kedua, mereka tidak mengambil ajaran Islam yang mengutamakan kemaslahatan bersama, akan tetapi kehidupan mereka bersifat individualis.
Ketiga, Barat tidak mengambil ajaran yang mengutamakan akhlak dan ganjaran akhirat dalam amalan, akan tetapi mereka beramal sesuai syahwat mereka. Keempat, mereka tidak mengambil ajaran pemerintahan Islam sebagai sistem negara akan tetapi mereka mengambil sistem demokrasi.
Jadi, sangatlah rugi jika umat Islam sekarang harus terkontamitasi dengan nilai-nilai Barat ketika mereka mencoba mengadopsi peradabannya, seperti liberalisme, sekularisme, feminisme, dan lain-lain.
Padahal hal itu hanya akan mendekontruksi nilai-nilai keagungan Islam, yang telah dipegang teguh selama berabad-abad. Mengapa umat Islam tidak mencontoh cara Barat dalam mengadopsi perdaban Islam, sebelum akhirnya mereka berhasil memegang peradaban dunia?