Kamis 16 Jul 2020 22:11 WIB

Dari Yamamah ke Riyadh (1)

Nabi Muhammad pernah menyebut kota Yamamah.

Rep: Heri Ruslan/ Red: Muhammad Hafil
Dari Yamamah ke Riyadh . Foto: Burj Al-Mamlakah, landmark Riyadh lambang kemegahan kota.
Foto: NET
Dari Yamamah ke Riyadh . Foto: Burj Al-Mamlakah, landmark Riyadh lambang kemegahan kota.

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW bersabda, "Aku bermimpi bahwa aku berhijrah dari Makkah ke suatu tempat yang terdapat pohon kurma. Anganku melayang kepada Kota Yamamah atau Hajar, dan ternyata itu adalah Kota Yatsrib." (HR Bukhari).

Dalam hadis di atas, Nabi SAW menyebut nama Kota Yamamah atau Hajar. Lalu di manakah kota itu sekarang? Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith al-Nabawi, kota yang bernama Hajar atau Yamamah yang disebut Rasulullah itu sekarang menjadi sebuah kota modern bernama Riyadh, ibu kota Kerajaan Arab Saudi.

Baca Juga

"Dulu kota itu dihuni Bani Hanifah," ujar Dr Syauqi. Ya, Kota Yamamah memang didirikan oleh suku Bani Hanifah. Menurut tulisan bertajuk History of Riyadh, pada era pra-Islam kota itu bernama Hajar. Kota itu sempat menjadi ibu kota Provinsi Al-Yamamah.

Dr Syauqi menjelaskan, Hajar berasal dari kata hajara yang berarti "penghalang". "Seperti kalimat hajartu 'alaihi hajran (saya menghalanginya, jika saya melarangnya)," tutur pakar ilmu hadis itu. Menurut dia, kata hijr juga berarti akal, karena akal akan menahan pemiliknya dari perbuatan yang buruk.

 

Di era kekuasaan Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah, Hajar menjadi ibu kota Provinsi Al-Yamamah. Pada masa itu, gubernur Yamamah bertanggung jawab untuk sebagian besar wilayah tengah dan timur. Sejak 867 M, Yamamah melepaskan diri dari kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.

Wilayah Yamamah berada di bawah kekuasaan Dinasti Ukhaidhir yang didirikan oleh Muhammad Ibnu Yusuf al-Ukhaidhir. Kerajaan itu berkuasa hingga pertengahan abad ke-11 M.  Dinasti yang menguasai Yamamah itu berasal dari keturunan Nabi Muhammad SAW dari garis keturunan Fatimah ra dan putranya Hasan.

Dinasti Ukhaidhir itu menganut aliran Syiah Zaidi. Pada masa itu, ibu kota Yamamah dipindahkan dari Hajar ke Al-Khidhrimah, yang terletak dekat Kota Al-Kharj di era modern.  Yamamah terlepas dari kekuasaan Abbasiyah setelah Muhammad Ibnu Yusuf al-Ukhaidhir melakukan pemberontakan.

Upaya Bani al-Ukhaidhir untuk melepaskan Yamamah dari kekuasaan Abbasiyah mendapat dukungan penuh dari Bani Hanifa, suku terbesar di wilayah itu. Di era kekuasaan Dinasti Ukhaidhir, kondisi perekonomian Yamamah terpuruk. Tak heran jika ribuan penduduk Yamamah eksodus menyelamatkan diri dan keluarganya ke provinsi lain.

Di era itu, Yamamah dan Kota Hajar mengalami kemunduran. Pada abad ke-14, pengembara legendaos dari Maroko, Ibnu Batuta, sempat berkunjung ke Provinsi Yamamah. Dalam catatan perjalanannya bertajuk Ar-Rihla, Ibnu Batuta menyebutkan bahwa Yamamah beribu kota Hajar. Saat itu, kata dia, Hajar menjadi kota utama di wilayah Yamamah.

 Ibnu Batuta menjuluki kota itu sebagai kota kanal. Sebagian besar penduduknya adalah Bani Hanifah. Setelah berkunjung ke kota bersejarah itu, Ibnu Batuta melanjutkan pengembaraannya menuju Makkah. Ia bersama pemimpin Bani Hanifa di Yamamah berangkat ke Tanah Suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement